Bisa Kelola Saham BUMN, Danantara Punya Daya Tarik Tinggi Bagi Investor
Pakar ekonomi membeberkan sejumlah dampak peluncuran badan pengelola investasi, Daya Anagata Nusantara (Danantara) terhadap investor. Adapun peresmian BP Danantara baru akan terjadi setelah kepulangan Presiden Prabowo Subianto dari kunjungan kerja (kunker) ke luar negeri, yang dijadwalkan berlangsung selama dua pekan sejak 8 hingga 24 November.
Pakar BUMN dari Universitas Indonesia, Toto Pranoto, mengatakan Danantara diharapkan menjadi lembaga investasi pemerintah yang kredibel. Hal itu bertujuan mengoptimalkan nilai aset BUMN atau aset negara lainnya sehingga dapat menghasilkan imbal hasil yang kompetitif bagi pemegang saham.
“Menurut saya bisa memberikan respons yang positif ke pasar,” kata Toto kepada Katadata.co.id, Rabu (6/11).
Menurut Toto, portofolio investasi Danantara akan menjadi lebih menarik karena memiliki kewenangan mengelola saham BUMN, termasuk yang kategori blue chip. Hal ini dapat meningkatkan minat investor global untuk bekerja sama dengan Danantara.
Toto mengatakan, sentimen positif ini berpotensi mendongkrak pasar modal domestik. Dia berharap BP Danantara memiliki kebijakan seperti holding serupa di negara tetangga, yaitu Temasek di Singapura dan Khazanah Nasional di Malaysia. Danantara diharapkan hanya akan mengelola saham BUMN yang berorientasi komersial dan saham BUMN dengan status aset strategis.
“Sementara BUMN yang terlalu banyak tugas PSO seperti pengelola air atau Jasa Tirta atau distribusi pangan atau Bulog diserahkan ke kementerian teknis saja,” ujarnya.
Pengamat Ekonomi Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, berpendapat langkah ini merupakan hal positif. Hal itu karena tingginya tingkat politisasi dalam berbagai aspek ekonomi Indonesia, yang menjadi kekhawatiran serius bagi investor.
“Tetapi, ini hanya seperti “etalase” saja, yang lebih penting adalah apa yang ada di dalam “toko”, dalam konteks Indonesia adalah perbaikan iklim investasi yang nyata,” ucapnya.
Lain halnya dengan pendapat Senior Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, menilai peluncuran BP Investasi Danantara masih belum pasti dan dampaknya belum akan terasa dalam waktu dekat. Menurutnya, faktor utama keberhasilan lembaga tersebut adalah tingkat kepercayaan pasar terhadap manajemen institusi tersebut.
Ia menilai orang-orang yang dipercaya oleh Presiden Prabowo untuk memimpin haruslah profesional dengan kredibilitas tinggi.
Tujuh BUMN Bakal Masuk ke Danantara
Terdapat tujuh badan usaha milik negara (BUMN) jumbo yang bakal masuk ke dalam Danantara, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT PLN, Pertamina, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan MIND ID. Selain ketujuh BUMN itu, Indonesia Investment Authority (INA), juga bakal melebur ke dalam BP Danantara.
Menurut informasi yang diperoleh Katadata.co.id, BP Danantara ini akan menjadi pengelola aset (sovereign wealth fund) dengan dana kelolaan awal US$600 miliar atau Rp 9.429,8 triliun jika dihitung dengan kurs Rp 15.716 per US$.
Prabowo menginginkan BP Danantara bisa mengoptimalkan dan mengonsolidasikan aset-aset negara. Aset-aset ini akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan nasional sesuai mandat Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat 3. BP Danantara bakal menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkualitas dalam lima tahun ke depan.
Badan pengelola investasi yang dipimpin oleh Muliaman Dharmansyah Hadad ini akan menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi dengan mengonsolidasikan aset-aset penting dan mengoptimalkan entitas kekayaan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di tataran global.