Rupiah Berpeluang Lemah Hari Ini, Pelaku Pasar Waspadai Kebijakan Trump

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Petugas menunjukkan uang pecahan rupiah dan dolar AS dan di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Penulis: Rahayu Subekti
11/11/2024, 10.31 WIB

Sejumlah analis memproyeksikan rupiah akan melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. Peluang ini terbuka karena adanya kewaspadaan terhadap kebijakan Donald Trump setelah memenangkan Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat.

"Pasar juga masih mewaspadai kebijakan Trump ke depan. Peluang pelemahan rupiah ke arah Rp 15.700 per dolar AS dengan potensi support di sekitar Rp 15.630 per dolar AS hari ini," kata pengamat pasar uang, Ariston Tjendra kepada Katadata.co.id, Senin (11/11).

Dia menjelaskan dolar AS pada akhir pekan lalu sempat ditutup menguat setelah mendapatkan tekanan karena pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS 25 basis point (bps). Data tingkat keyakinan konsumen AS yang juga di atas prediksi pasar yaitu 73 versus 70.

Selain itu, penguatan rupiah pada pekan lalu juga terjadi karena peluang kenaikan inflasi dan  terjadinya perang dagang di masa pemerintahan Trump. "Ini mendorong kembali penguatan dolar AS," ujar Ariston.

Untuk itu, ia menilai, rupiah yang menguat cukup tajam selama dua hari terakhir kemungkinan dikarenakan mendapatkan reaksi tekanan. Sementara hari ini, Ariston menyebut pasar masih belum mendapatkan sinyal yang jelas dari The Fed berkaitan kelanjutan pemangkasan suku bunga.

Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pada pukul 09.15 WIB, rupiah dibuka pada level Rp 15.651 per dolar AS. Level ini menurun 20,50 poin atau 0,13% dari penutupan sebelumnya.

Sementara itu analis komoditas dan pasar uang, Lukman Leong, juga memperkirakan pelemahan rupiah hari ini. "Rupiah diperkirakan melemah terbatas terhadap dolar AS pada kisaran Rp 15.600 per dolar AS hingga Rp 15.700 per dolar AS," kata Lukman.

Dia menjelaskan, dolar AS kembali rebound setelah survei sentimen konsumen AS yang lebih kuat dari perkiraan. Selain itu juga saat ini tidak ada data ekonomi dari eksternal. Sementara di domestik, Lukman menyebut investor masih menantikan survei kepercayaan konsumen Indonesia.

   

Reporter: Rahayu Subekti