Bangkok - Bangkok Bank belum berencana menambah modal untuk anak perusahaannya PT Bank Permata Tbk. (BNLI). Bangkok Bank menilai permodalan Bank Permata saat ini sudah kuat dan meminta manajemen untuk menyiapkan pertumbuhan jangka panjang.
"Ketika kami melakukan akuisisi Permata, kami menggabungkan Bangkok Bank Indonesia ke dalam Permata Bank. Hal itu menghasilkan posisi modal yang relatif kuat bagi Permata Bank," kata Presiden Bangkok Bank sekaligus Presiden Komisaris Permata, Chartsiri Sophonpanich, saat wawancara dengan beberapa wartawan asal Indonesia di Bangkok, Thailand, Kamis (21/11).
Saat ini modal inti Bank Permata sekitar Rp 50 triliun atau masuk dalam Kelompok Bank berdasarkan Modal Inti (KBMI) III. Untuk mencapai KBMI IV, memerlukan modal inti sebesar Rp 70 triliun. Ada empat bank yang berada dalam KBMI IV yakni BRI, BCA, Bank Mandiri dan BNI.
Terdapat beberapa strategi meningkatkan permodalan bank, seperti merger dan akuisisi dengan bank lain, dan setoran modal dari pemegang saham utama.
Chartsiri mengatakan mendorong manajemen memiliki perspektif jangka menengah hingga panjang sehingga mereka dapat merencanakan pelayanan yang baik kepada para nasabah.
"Kata kuncinya adalah laba yang berkelanjutan. Jadi tidak ada lagi suntikan modal," kata dia.
Selain itu, Bangkok Bank tak memiliki rencana sama sekali untuk mengakuisisi bank lain di Indonesia. "Kami tak memiliki rencana (akuisisi bank lain)," kata Chartsiri.
Direktur Utama Bank Permata Meliza Musa Rusli mengatakan penting buat mereka untuk menjaga keseimbangan antara melindungi bank dari turbulensi di masa mendatang dan memiliki pencadangan yang kuat. "Tetapi pada saat yang sama, kami terus tumbuh dan mendapatkan profitabilitas. Tentu saja, profitabilitas ini akan bertambah suatu hari nanti," kata Meliza
Meliza mengatakan, bila Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tak mengubah aturan KBMI IV dengan persyaratan modal inti Rp 70 triliun, dia optimistis Bank Permata akan segera naik kelas. "Kita sekarang berada di Rp 50 triliun, jadi Anda dapat menghitung berapa lama kita akan menempuh perjalanan itu, tetapi tentu saja itu tergantung pada regulator," kata dia.
Meliza mengatakan, bagi Permata bukan semata mengejar target berada di KBMI IV, tetapi bagaimana memberikan pelayanan pelanggan dengan lebih baik dalam jangka panjang. "Bukan hanya pandangan jangka pendek bahwa kita harus menjadi KBMI IV." kata dia.
Pada 2020, Bangkok Bank mengakuisisi 89,12 persen Bank Permata dari Standard Chartered Bank dan Astra International pada 2020.
Sejak akuisisi, kantor cabang Bangkok Bank di Jakarta bergabung ke dalam Bank Permata. Bangkok Bank yang beroperasi sejak 80 tahun di Thailand, memilih menggunakan nama Bank Permata dalam bisnis perbankan di Indonesia.
Bank Permata mencatat laba bersih Rp 2,8 triliun per kuartal tiga 2024, tumbuh 30,1% secara tahunan (yoy). Sedangkan penyaluran kredit tumbuh 8,6% menjadi Rp 150,8 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bank Permata merupakan salah satu dari 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia. Pada kuartal-III 2024, total aset Bank Permata tumbuh sebesar 1,1% menjadi Rp 254,6 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Bangkok Bank tak hanya berekspansi di Indonesia tapi juga melebarkan sayap ke banyak negara di Asia. Bangkok Bank berekspansi ke seluruh negara ASEAN, kecuali Brunei Darussalam. Mereka juga hadir di Hong Kong, Taiwan, Cina dan Jepang.