PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menilai ada perubahan perilaku berbelanja masyarakat di tengah pandemi Covid-19. Masyarakat beralih dari belanja di gerai secara konvensional menjadi belanja melalui kanal distribusi dalam jaringan alias online.
"Kami yakin kebutuhan dan cara belanja konsumen adalah dinamis, sebagaimana tumbuhnya tren baru di kalangan masyarakat di tengah pandemi yang telah mengakselerasi tren tersebut," kata Wakil Presiden Direktur Matahari Terry O'Connor dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (27/10).
Oleh karena itu, Matahari terus mengembangkan omnichannel sebagai strategi agar mampu menghadirkan pengalaman belanja tidak terbatas, baik secara online maupun secara konvensional. Secara kolektif, penjualan melalui kanal distribusi online Matahari berkontribusi 2% dari total penjualan hingga triwulan III 2020.
"Baik melalui marketplace, social commerce, dan platform kami sendiri. Angka ini naik dari tahun lalu yang kurang dari 1%. Kami yakin hal ini mencerminkan solidnya angka pertumbuhan," ujarnya.
Pengembangan layanan secara digital Matahari tidak hanya dipicu adanya pandemi Covid-19 yang membuat pelanggan menunda bepergian ke luar tempat tinggalnya. Strategi ini juga dipercaya bisa mendongkrak penjualan usai pandemi Covid-19 berakhir.
Di masa pandemi Covid-19 ini pelanggan cenderung menghindari aktivitas belanja secara konvensional. Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid kedua di DKI Jakarta pada September 2020 lalu mengganggu pemulihan kunjungan masyarakat berbelanja.
Matahari Rugi Rp 617 Miliar Kuartal III-2020
Pandemi Covid-19 telah memukul kinerja operasional dan keuangan Matahari. Sepanjang sembilan bulan tahun ini Matahari membukukan rugi bersih Rp 617 miliar. Padahal di periode yang sama tahun lalu, perusahaan masih mencatatkan laba bersih hingga Rp 1,18 triliun.
Direktur Matahari Niraj Jain meyakini situasi terburuk dari pandemi Covid-19 ini sudah berlalu. Sehingga, ia yakin Matahari masih mampu bertahan walaupun mengalami rugi. Matahari memiliki saldo kas yang cukup memadai untuk bisa bertahan saat ini.
"Semua kewajiban vendor dalam status lancar. Tingkat persedian kami terkontrol dengan baik. Kami memiliki fasilitas bank yang belum digunakan sebesar Rp 600 miliar," kata Niraj Jain.
Nyatanya, Matahari tetap melakukan ekspansi pada triwulan III 2020 dengan membuka dua gerai baru di The Park Mal Depok dan Ciputra Mal Tangerang. Meski begitu, sepanjang tahun berjalan 2020 ini, Matahari sudah menutup tujuh gerai format besar dan gerai khusus karena efek pandemi.
Sementara untuk rencana ekspansi tahun depan, Matahari belum mau mengungkapnya, termasuk target-target pendapatan dan laba bersihnya. Meski masih diselimuti dengan ketidakpastian, Matahari mengaku tengah mengkaji lokasi-lokasi untuk membuka gerai baru tahun depan. "Kami yakin ada banyak lokasi yang dapat dilayani oleh gerai matahari," kata Niraj Jain.
Per 30 September 2020, perusahaan mengoperasikan 153 gerai di 76 kota di seluruh Indonesia. Hingga akhir tahun, perusahaan menargetkan mengoperasikan 150 gerai format besar dengan multi-brand.
Untuk mengurangi dampak pandemi, perseroan juga memperketat biaya operasional. Caranya, dengan bernegosiasi ulang untuk memperoleh keringanan biaya sewa. Perusahaan juga memangkas gaji karyawan, yang dijadwalkan pulih kuartal IV.
Strategi ini efektif mengurangi beban operasional sebesar 26,2% pada kuartal ketiga dan 29,3% pada periode Januari sampai dengan September. "Semua strategi pemulihan kami berjalan sesuai rencana, namun peningkatan kunjungan ke gerai tertahan oleh PSBB pada September 2020," kata Terry dalam keterangannya, Jumat (23/10).
Turunnya tingkat transaksi pengunjung gerai selama PSBB juga tercermin dari pertumbuhan rata-rata penjualan di tiap toko atau same store sales growth (SSSG) sebesar -57,7% pada hingga kuartal III 2020.
Padahal, perusahaan mengklaim sudah menyiapkan gerai dengan berbagai protokol kesehatan yang ketat untuk meyakini pelanggan tetap aman dan nyaman berbelanja.
Untuk menjaga struktur keuangan tetap kuat, Matahari akan mengontrol ketat terhadap seluruh pengeluaran, termasuk menahan belanja modal (capex) untuk membuka toko baru.