PT Pertamina Tbk menganggarkan belanja modal atau capital expenditure mencapai US$ 10,7 miliar atau sekitar Rp 156 triliun pada tahun ini. Belanja modal tersebut akan dipergunakan perusahaan untuk mencapai target pertumbuhan operasional di atas 20%.
Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina Agus Suprijanto mengatakan pihaknya pada tahun lalu telah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi tantangan dampak pandemi, seperti penurunan permintaan BBM, anjloknya harga minyak dunia, serta gejolak kurs. Tahun ini, perusahaan berharap dapat mengakselerasi kinerja operasional melalui kenaikan alokasi belanja modal.
“Anggaran tersebut menunjukkan optimisme Pertamina yang tinggi untuk tetap tumbuh dan bangkit di tengah pandemi Covid-19,” ujar Agus berdasarkan keterangan tertulis, Senin (12/4).
Pertamina menargetkan kinerja operasional dapat tumbuh di atas 20% pada tahun ini. Oleh karena itu, perusahaan mengerek belanja modal hingga lebih dua kali lipat dari prognosa realisasi tahun lalu yang mencapai US$ 4,7 miliar.
Ia mengatakan, 46% dari total belanja modal US$ 10,7 miliar akan dialokasikan untuk kegiatan hulu migas. Alokasi ini merupakan upaya perusahaan memastikan peningkatan produksi serta cadangan migas sehingga dapat menurunkan impor minyak mentah.
Adapun 36% belanja modal dialokasikan untuk melanjutkan pengembangan kilang dan petrokimia, sedangkan sisanya akan diserap untuk kegiatan bisnis lainnya termasuk melanjutkan pengembangan energi baru dan terbarukan.
Agus berharap rencana kerja operasional dapat berjalan lancar pada tahun ini, antara lain mencapai target produksi migas dari lapangan di dalam maupun luar negeri. Pertamina juga menargetkan cadangan migas dapat mencapai 696 MMBOE atau hampir empat kali lipat dari penambahan cadangan tahun lalu. Untuk mencari cadangan migas potensial, peusahaan pada tahun lalu telah menyelesaikan marine survey seismik 2D lebih dari 31 ribu km. Ini merupakan survey seismik terpanjang se-Asia Australia dalam 10 tahun terakhir.
"Kami akan terus melanjutkan kegiatan survei seismik yang agresif untuk mendapatkan potensi tambahan cadangan migas baru," kata Agus.
Ia mengatakan, Pertamina juga terus menggenjot kegiatan pengolahan, terutama produksi BBM yang lebih berkualitas dan lebih ramah lingkungan. Kilang langit biru yang telah beroperasi lebih dari satu tahun, menurut dia, telah terbukti dapat meningkatkan produksi Pertamax sehingga menurunkan impor mencapai US$ 700 juta per tahun.
Oleh sebab itu, menurut dia, Pertamina konsisten meneruskan pembangunan kilang melalui proyek RDMP dan GRR, serta paralel menyelesaikan pembangunan green refinery dan industri petrokimia di beberapa kilang.
Di sektor hilir, Pertamina menargetkan volume penjualan BBM naik 12% dari tahun lalu. Perusahaan juga akan fokus pada penugasan BBM 1 Harga di 76 titik daerah 3T, keberadaan Pertashop di 10.000 lokasi dan outlet LPG di 66.691 desa/kelurahan juga akan dipastikan terealisasi pada tahun ini.
"Semua dalam rangka memastikan energi tersalurkan hingga ke pelosok negeri," kata Agus.
Pertamina juga menargetkan distribusi gas dapat mencapai 392 ribu BBTU dan transmisi gas sebesar 502 BSCF melalui pembangunan jaringan pipa gas, termasuk infrastruktur jargas 500 ribu sambungan rumah tangga.
Sementara untuk pengembangan energi bersih, Pertamina menargetkan produksi listrik sebesar 4,5 ribu GwH melalui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg). Pertamina juga melanjutkan peran dalam ekosistem baterai Electric Vehicle serta pengembangan DME.