PT Gudang Garam Tbk (GGRM) sudah menggelontorkan dana investasi Rp 5 triliun untuk pembangunan Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur. Nilai itu melebihi 50% dari total nilai investasi pembangunan bandara yang sebesar Rp 9 triliun.
Direktur Gudang Garam Istata Taswin Siddharta mengatakan saat ini pemerintah belum menentukan masa konsesi Gudang Garam di Bandara Dhoho. Hanya saja, ia menilai idealnya mendapatkan masa konsesi selama lebih dari 50 tahun agar menutup modal investasi di bandara tersebut.
Meski begitu, idealnya masa konsesi tersebut tergantung dari perkembangan daerah dan lalu lintas di bandara. "Kalo lalu lintasnya bisa banyak naik, mungkin (masa konsesi) di bawah 50 tahun sudah bisa break even (kembali modal)," kata Istata dalam paparan publik secara virtual, Kamis (9/9).
Istata mengatakan perusahaan rokok tersebut menggelontorkan belanja modal untuk biaya perolehan lahan, konsultasi, desain, dan lainnya. Lalu, bagaimana progres dan kendala pembangunan Bandara Kediri?
"Sekarang masih progres penyiapan lahan, dalam artian earth works (pengerjaan tanah). Progres tetap berjalan dengan baik dan sesuai target, kami targetkan selesai 2023," kata Istata.
Istata mengatakan ada sejumlah kendala yang dihadapi Gudang Garam dalam pembangunan Bandara Dhoho di tengah pandemi Covid-19. Seperti konsultan atau tenaga konstruksi yang positif terjangkit virus tersebut. Selain itu, ada halangan untuk hadir langsung meninjau bandara karena pembatasan perjalanan.
"Ada yang berhalangan buat datang, perjalanan juga lebih sulit, tapi kendala ini masih dapat kami atasi cukup baik sejauh ini," kata Istata.
Seperti diketahui, Gudang Garam tengah membangun Bandara Dhoho dengan nilai investasi diperkirakan mencapai Rp 6-9 triliun. Dana investasi tersebut akan dipenuhi dari kas internal emiten berkode saham GGRM itu.
Proyek pembangunan bandara yang pertama kali dilakukan oleh swasta ini menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU). Dengan skema itu, Gudang Garam akan mendapatkan masa konsesi atas bandara tersebut. Setelah masa konsesi habis, bandara tersebut akan dikembalikan kepada pemerintah.
Masa konsesi ini berpengaruh pada besaran pengembalian dana investasi pada perusahaan. Sehingga semakin lama masa konsesinya, maka perusahaan punya kesempatan lebih besar mengembalikan modal investasinya.
Istata pernah mengatakan, Gudang Garam,tak mengejar keuntungan dalam proyek tersebut. Kendati demikian, konsesi lebih dari 50 tahun dibutuhkan agar perusahaan tak terlalu merugi.
Hal ini lantaran Gudang Garam tidak yakin tingkat pengembalian aset alias return on assets (ROA) dari pembangunan Bandara Kediri dapat mencapai di atas 10%. "Kalau mengharapkan (ROA) di atas 10-15% sudah banyak komersial yang masuk. Karena ini bukan proyek komersial," katanya.
Melalui proyek pembangunan bandara ini, perusahaan ingin meningkatkan kontribusi bagi daerah sekitar, provinsi, juga negara. Pemerintah pun menyambut baik rencana tersebut dengan memasukkan proyek Bandara Kediri ini ke dalam Proyek Strategis Nasional (PSN).
"Hal yang penting tidak rugi terlalu besar. Untuk jangka panjang, ada efek positif untuk daerah, provinsi, dan negara," katanya.
Tahap pertama pembangunan bandara itu akan dibangun dengan luas 13.558 meter persegi dari luas total lahan bandara hampir 400 hektar dengan dimensi runway 2400 meter x 45 meter. Bandara Dhoho di Kediri ini rencananya akan dibangun di Desa Grogol, Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri.