Astra Baru Serap Belanja Modal Rp 3,7 Triliun, 30% dari Anggaran 2021

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Gedung Astra (12/8).
Penulis: Lavinda
9/9/2021, 14.48 WIB

Induk konglomerasi Astra Group, PT Astra International Tbk menggunakan belanja modal sebesar Rp 3,7 triliun pada semester I 2021. Nilai itu baru 30,8% dari total anggaran belanja modal perusahaan sepanjang tahun yang mencapai Rp 12 triliun.

Direktur Utama Astra International Djony Bunarto Tjondro menyampaikan Astra Group akan memastikan ketahanan perusahaan di tengah situasi pandemi Covid-19, serta pelemahan dan ketidakpastian ekonomi yang terjadi saat ini. Salah satunya, dengan memastikan kedisiplinan dalam pengelolaan finansial di seluruh unit bisnis Astra Group, yakni melalui penghematan biaya, dan prioritas belanja modal. 

"Belanja modal kami tahun ini di kisaran Rp 11 triliun Rp 12 triliun, di atas realisasi tahun lalu Rp 8 triliun. belanja modal 2022 belum bisa sampaikan karena sedang kami susun," ujar Djony dalam paparan publik virtual, Kamis (9/9).

Dalam jangka menengah dan jangka panjang, emiten berkode saham ASII ini memiliki sejumlah fokus. Salah satunya adalah memastikan adanya pengelolaan yang baik dalam operasional bisnis. Hal ini diupayakan melalui percepatan transformasi digital melalui program digitalisasi di setiap unit bisnis.

"Hal ini perlu dilakukan agar tujuh unit bisnis di bawah Astra Group memiliki daya saing yang kuat dan tetap relevan di masa depan, kami membentuk ekosistem digital di Astra Group," katanya.

Terkait investasi bisnis, Djony mengatakan pihaknya giat mencari peluang berinvestasi di bisnis baru yang dapat bersinergi dengan unit bisnis Astra Group yang sudah ada. 

"Mengingat astra adalah konglomerasi di banyak lini bisnis yang berbeda, percepatan digitalisasinya kami sesuaikan dengan unit bisnis yang ada," katanya.

Beberapa prinsip yang dijalankan dalam meningkatkan digitalisasi adalah melakukan modernisasi bisnis melalui operasional tepat guna. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi sekaligus meningkatkan produktivitas.

Selain itu, perusahaan juga menekankan pembangunan ekosistem dan kolaborasi dengan sejumlah pihak yang mampu mendukung pertumbuhan kinerja perusahaan.

Berdasarkan laporan keuangan, Astra International mengantongi pendapatan bersih konsolidasi Rp 107,4 triliun sepanjang semester I 2021, atau naik 20% dibanding periode sama tahun lalu Rp 89,79 triliun.

Induk Grup Astra ini membukukan laba bersih konsolidasian sebesar Rp8,8 triliun pada semester I 2021. Angka itu menyusut 22% dari perolehan untung bersih periode yang sama tahun lalu Rp 11,37 triliun, ketika grup memperoleh keuntungan dari penjualan saham Bank Permata sebesar Rp 5,88 triliun.

Namun, jika tanpa memperhitungkan keuntungan penjualan Bank Permata, laba bersih Grup meningkat 61%, terutama disebabkan kinerja divisi otomotif yang membaik.

Pertumbuhan laba bersih terutama dikontribusi oleh kinerja divisi otomotif melonjak hingga 362%, dari Rp 716 miliar pada enam bulan pertama 2020 menjadi Rp 3,31 triliun semester I tahun ini. Presiden Direktur Astra International Djony Bunarto Tjondro menyampaikan sebagian besar kinerja bisnis Grup Astra membaik pada semester I 2021, dibanding periode yang sama tahun lalu.

Saat itu, perusahaan menghadapi pembatasan-pembatasan bisnis yang signifikan, terutama terkait penanggulangan pandemi Covid-19.

"Meskipun kondisi bisnis telah membaik, kinerja Grup Astra masih akan menantang hingga akhir tahun ini," ujar Djony dalam keterangan tertulis, Kamis (29/7).

Hal itu mengingat kinerja bisnis dan kepercayaan konsumen masih akan terdampak oleh situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang sangat memprihatinkan. Kendati demikian, Djony meyakini neraca keuangan dan posisi pendanaan Grup tetap kuat.

Nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2021 tercatat Rp 4.012, meningkat 4% dibanding pada 31 Desember 2020 yang hanya Rp 3.845. Total kas bersih, tidak termasuk entitas anak usaha divisi jasa keuangan, tercatat Rp 20,5 triliun pada 30 Juni 2021. Nilainya meningkat dari posisi akhir 2020 Rp7,3 triliun.

Pertumbuhan ini disebabkan kinerja penjualan yang membaik, serta realisasi belanja modal dan keperluan modal kerja yang lebih rendah. Jika volume penjualan terus membaik hingga akhir tahun, belanja modal dan modal kerja dapat mengalami peningkatan.

Dari sisi liabilitas, utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra melonjak dari Rp39,2 triliun pada akhir 2020 menjadi Rp41,2 triliun pada 30 Juni 2021.