Anteraja, Bisnis Logistik Triputra Group yang Makin Ekspansif

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Pekerja menyortir paket untuk dikirim ke alamat tujuan di Gudang SiCepat Hub, Pluit, Jakarta, Jumat (7/5/2021). Menurut jasa pengiriman tersebut menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah terjadi peningkatan pengiriman barang dari 800 ribu paket menjadi kurang lebih 1,8 juta paket dalam sehari.
17/9/2021, 07.30 WIB

Ketika pandemi corona memukul denyut ekonomi, masih ada sektor usaha yang bertahan, bahkan cukup moncer kinerjanya. Sebagai contoh yakni layanan jasa logistik. Berkah ini dirasakan oleh Anteraja seiring meningkatnya pengiriman barang lantaran mobilitas masyarakat terkekang.

Kiprah Anteraja di bawah bendera PT Tri Adi Bersama, anak usaha PT Adi Sarana Armada yang telah melantai di pasar modal dengan kode ASSA. Perusahaan ini bagian dari Triputra Group, konglomerasi Tanah Air yang dibangun oleh Theodore Permadi Rachmat alias TP Rachmat.

Bisnis Triputra Group sendiri telah menggurita, mulai dari agribisnis, manufaktur, pertambangan, hingga perdagangan dan servis. Di dalam grup tersebut, Adi Sarana Armada masuk dalam kategori trading and services.

Sejak tiga tahun lalu, Anteraja menjadi lini usaha baru di Triputra. Bisnisnya terus berkembang. Bahkan, pada tahun ini, kontribusinya ke induk usaha tumbuh signifikan. Tak heran bila Presiden Direktur Adi Sarana Armada Prodjo Sunarjanto memproyeksikan Anteraja bakal melantai di bursa melalui penawaran saham perdana (IPO).

Anteraja pun akan memantapkan layanan pengiriman sehingga makin kompetitif menghadapi para pesaingnya. “Pasti one day kami akan IPO. Kami lagi build up volume pengiriman. Harapannya, dalam waktu dua tahun bisa tercapai target dua juta parcel per hari,” kata Prodjo dalam siaran langsung public expose, Selasa (7/9) lalu. Pernyataan tersebut menyusul kabar perusahaan pelayanan jasa kirim J&T dan SiCepat yang juga segera melantai di bursa. 

Analis Panin Sekuritas, William Hartanto memprediksi rencana IPO Anteraja kemungkinan besar memiliki peluang bisnis tinggi. Investor tidak akan melewatkan momentum tersebut untuk berburu saham IPO dalam meramaikan pasar. Akan banyak spekulan bermain.

“Semua saham IPO kan begitu. Kami melihat banyak investor tertarik karena ada kebiasaan saham-saham baru menguat di beberapa hari pertama setelah listing,” kata William saat dihubungi Katadata.co.id, Jumat (10/9).

Dari sisi fundamental, William menilai prospek industri jasa antar akan semakin banyak diminati, terlebih di tengah pembatasan kegiatan masyarakat. “Perkembangan e-commerce dan masih ditetapkannya PPKM membuat mobilitas penduduk berkurang, sehingga permintaan terhadap kurir dan logistik meningkat,” ujarnya.

Bisnis Adi Sarana Armada (ASSA) (Katadata/Pubex ASSA)

Sepanjang periode Januari-Juni 2021, Prodjo mengatakan bisnis Anteraja telah berkontribusi 47% atau Rp 982,3 miliar, sekaligus mendominasi total pendapatan Adi Sarana Armada. Adapun 38% pendapatan ASSA lainnya berasal dari lini penyewaan kendaraan, autopool, dan pengemudi. Untuk bisnis penjualan kendaraan bekas, jasa lelang, serta logistik, masing-masing berkontribusi 9%, 4% dan 3%.

Pada semester pertama 2021, ASSA berhasil membukukan pendapatan Rp 2,11 triliun atau naik 50,4% dibanding periode yang sama tahun lalu yakni Rp 1,4 triliun. “Paling menonjol adalah pertumbuhan bisnis Anteraja. Jasa delivery ini berkontribusi paling besar di topline ASSA,” katanya.

Meningkatnya pendapatan sepanjang semester satu 2021 berhasil mengantarkan laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas induk Anteraja naik 68,9% ke level Rp 73 miliar. Capaian tersebut melesat dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 43 miliar.

Anteraja di Antara Konglomerasi T.P Rachmat

Anteraja, di bawah PT Tri Adi Bersama, merupakan perusahaan rintisan alias startup yang bergerak di bidang logistik yang dirintis sejak 27 Maret 2019. PT Tri Adi Bersama merupakan anak perusahaan ASSA yang merupakan anak dari Triputra Group. Pemilik Triputra Group ini pria kelahiran Majalengka 15 Desember 1943, yakni T.P Rachmat.

Sebelum menjadi konglomerat seperti sekarang, T.P Rachmat awalnya adalah seorang sales yang bekerja di PT Astra pada 1968. Saat itu, pamannya William Soeryadjaya merupakan pemilik dari Gurita Astra.

Selanjutnya, pada 1972, T.P Rachmat ditugaskan untuk mengelola anak usaha Astra yang bergerak di bidang alat berat, yakni United Tractors (UNTR). Karier terus menanjak, dia akhirnya dipromosikan menjadi Presiden Direktur di Astra Internasional pada 1984.

Tak berhenti berinovasi, pada 1998 T.P Rachmat mendirikan perusahaan miliknya sendiri, Triputra Group yang bergerak di beberapa bidang, seperti karet olahan, batu bara, perdagangan, manufaktur, agribisnis, dealership motor, hingga bidang logistik.

Singkat cerita, setelah sukses menjadi petinggi Grup Astra, dia mulai membentuk anak usaha di bawah Triputra Group, seperti PT Tri Adi Bersama yang kemudian menelurkan layanan ekspedisi yang kini dikenal dengan Anteraja pada 2019.

Sejak diluncurkan, Anteraja memiliki misi untuk mendukung serta melengkapi sektor e-commerce Tanah Air dari sisi infrastruktur, jasa antar barang. Kehadiran startup ini dianggap sebagai buah nyata untuk meningkatkan konsistensi Triputra Group di sektor perusahaan logistik.

Anteraja menawarkan layanan ekspedisi dan bertekad menghubungkan seluruh pasar, serta usaha mikro kecil menengah alias (UMKM) di Indonesia. Hal itu didukung implementasi teknologi. Selain melayani jasa antar barang, Anteraja juga menawarkan sistem jemput barang agar pelanggannya dapat menghemat waktu dan tidak perlu datang langsung ke kantor.

Layanan Anteraja Makin Meluas

Sejauh ini, layanan pengiriman di Anteraja terbagi menjadi tiga, yakni regular dengan sistem pelayanan umum dengan waktu pengiriman 3-7 hari dan tarif layanan mulai dari Rp 5.000. Selanjutnya layanan next day, yang merupakan layanan pengiriman sampai esok hari atau selambat-lambatnya dua hari setelah pengiriman, dengan biaya mulai dari Rp 8.000.

Layanan terakhir yakni sameday, dengan estimasi pengiriman di hari yang sama dan berlaku pada pagi atau siang hari. Untuk menikmati layanan tersebut, pelanggan perlu merogoh kocek mulai dari Rp 13.500.

Volume pengiriman Anteraja dari waktu ke waktu juga kian meningkat. Pada 2019, volume pengirimannya baru mencapai 100 ribu paket per hari. Kemudian pada tahun berikutnya, 2020 volume pengiriman meningkat tiga kali lipat menjadi 300 ribu paket per hari. Hal tersebut didukung pertumbuhan transaksi masyarakat melalui e-commerce selama pandemi Covid-19.

Menurut CEO Anteraja Suyanto Tjoeng, selain perkembangan teknologi yang membuat fitur dan layanan Anteraja semakin efisien, kinerja perusahaan juga didukung faktor sumber daya. Saat ini, Anteraja telah memiliki lebih dari 10.000 kurir yang dinamakan SATRIA. Bahkan, Anteraja berencana melakukan ekspansi ke wilayah dan titik-titik pengantaran baru, sejalan kebutuhan jasa ekspedisi yang terus meningkat.

Untuk tahun ini, Prodjo Sunarjanto menargetkan pengembangan bisnis Anteraja agar semakin luas. Salah satu pengembangan seperti digitalisasi cross border logistik, di mana masyarakat bisa mendapatkan barang yang dibutuhkan dari berbagai wilayah hingga di berbagai negara. Prodjo juga berencana memperluas jaringan dan menggaet lebih banyak rekanan.

Prodjo juga menyampaikan kalau pihaknya bakal berinvestasi dalam teknologi Artificial Intelligence (AI), yakni robotic system yang digunakan dalam proses penyortiran paket. Sehingga, proses sortir akan lebih cepat dan target pengiriman 1 juta paket per hari, tahun ini bisa tercapai.

Penyumbang bahan: Nada Naurah (Magang)