Mimpi Erick Thohir Segera Terwujud, Mitratel Dipastikan IPO Akhir 2021

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
6/10/2021, 14.39 WIB

Jelang dua tahun menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir belum juga merealisasikan rencana membawa perusahaan pelat merah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui skema penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO).

Realisasi rencana tersebut tampaknya sudah di depan mata. PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, menjadi yang terdepan melantai di Bursa. IPO Mitratel diperkirakan bisa terwujud pada akhir 2021 ini.

"Hal yang pasti, Mitratel yang terdekat (untuk IPO). Perusahaan pemilik tower ini akan menjadi bintangnya perusahaan di industri ini,” ujar Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam bincang secara virtual, Selasa (5/10).

Arya mengatakan, IPO Mitratel bisa sukses karena punya fundamental yang cukup kuat. Hal itu dapat dilihat dari aset dan layanan yang dimiliki oleh Mitratel yang tidak dimiliki oleh perusahaan sejenis di sektor bisnis menara telekomunikasi. Mitratel saat ini memiliki 28 ribu menara telekomunikasi.

Tidak hanya itu, untuk meningkatkan kinerjanya, Mitratel juga memiliki strategi pertumbuhan jangka panjang. Saat ini perseroan masuk ke infrastruktur jaringan 5G yang sedang berkembang. Rencananya, Mitratel juga akan ekspansi di kawasan Asia Tenggara ataupun Asia Pasifik.

Tak hanya itu, Arya mengatakan nilai tambah Mitratel juga karena didukung dengan jaringan kabel serat optik. "Mitratel didukung oleh fiber optik, sehingga tower-tower yang dimiliki Mitratel punya power yang kuat, bukan sekadar radio," ujarnya menambahkan.

Mitratel telah menerima pengalihan menara milik anak usaha Telkom lainnya, PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Pengalihan pertama kali dilakukan pada 14 Oktober 2020 sebanyak 6.050 unit. Kemudian Telkomsel melakukan pengalihan sebanyak 4.000 unit menara pada 31 Agustus 2021.

Sementara itu, untuk rencana IPO anak usaha BUMN lainnya, seperti PT Pertamina Geothermal Energy, anak usaha PT Pertamina (Persero) masih dalam proses sehingga membutuhkan waktu lebih lama. “Kami masih menunggu persiapan holding geothermal energy,” ujar Arya.

Pembentukan holding BUMN panas bumi merupakan bentuk komitmen sumber daya energi baru dan terbarukan (EBT) dengan menggabungkan anak usaha Pertamina dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

Erick Thohir mengatakan, BUMN ingin berkontribusi meningkatkan bursa dengan bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI. Apalagi di tengah kondisi sejumlah bursa global pertumbuhannya melambat, bahkan ada yang menurun.

Untuk itu, Erick mendorong perusahaan pelat merah untuk melantai di pasar modal Indonesia atau go public. Langkah itu diharapkan bisa membuat pasar modal Indonesia menjadi nomor 1 di Asia Tenggara.

"Kita harus dapatkan kebijakan yang benar sehingga pertumbuhan ekonomi adanya di kita, bukan di negara lain," ujar Erick.

Awal tahun ini, Erick mengatakan sekitar 8 sampai 12 anak dan cucu perusahaan pelat merah bakal melantai di pasar modal. Rencana itu akan diwujudkan mulai tahun ini hingga 2023. IPO merupakan bagian dari transformasi BUMN. Upaya itu dilakukan agar anak-cucu BUMN menjadi transparan dan memiliki tata kelola perusahaan yang baik.

Kementerian BUMN menyiapkan 10 sampai 15 BUMN atau anak usaha BUMN untuk bisa melakukan IPO. Erick pernah membagikan setidaknya ada 9 nama BUMN atau anak usahanya yang siap melantai di Bursa.

Salah satu BUMN yang digadang-gadang melantai di Bursa adalah Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. Anak usaha lain yang didorong untuk IPO adalah Telkom Data Center.

Lalu, anak usaha PT Pertamina (Persero) yang didorong IPO adalah Pertamina Integrated Marine Logistic, Pertamina Geothermal Energy, Pertamina Hulu, dan Pertamina Hilir. Termasuk holding rumah sakit BUMN Indonesia Health Care Corporation yang didorong untuk melantai di Bursa.

Perusahaan lainnya yang didorong IPO adalah PT Fintek Karya Nusantara alias LinkAja dan Pupuk Kalimantan Timur.

Reporter: Ihya Ulum Aldin