PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) mengklaim ekspor klinker perseroan tumbuh 400% hingga kuartal III 2021 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan performa perseroan ini terjadi di tengah ekspor semen dan kliner nasional yang hanya tumbuh 35,18% pada periode yang sama.
"Volume ekspor klinker kami bertumbuh sangat baik, yakni mencapai kurang lebih 300.000 ton," katanya kepada KataData, Jumat (4/11/2021).
Antonius menilai kondisi pertumbuhan semen secara nasional belum kembali ke posisi pra-pandemi. Kendati demikian, INTP optimistis pertumbuhan penjualan hingga akhir tahun akan memiliki tren positif seperti kondisi industri semen nasional.
Hingga September 2021, INTP telah berhasil menjual 12 juta ton semen atau tumbuh sekitar 3% secara tahunan. Pada saat yang sama, penjualan domestik seluruh industri semen di dalam negeri mencapai 46,9 juta ton atau tumbuh 5,5 persen.
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) memprognosis total penjualan semen di dalam negeri hanya dapat tumbuh sekitar 5% pada tahun ini atau mencapai 65,86 juta. Adapun, realisasi penjualan semen domestik pada 2020 mencapai 62,72 juta ton atau anjlok 10,4% karena pandemi Covid-19.
Seperti diketahui, INTP memiliki kontribusi sekitar 21 persen dari total kapasitas terpasang industri semen nasional. Namun demikian, penjualan semen INTP hingga kuartal III/2021 pada total penjualan semen nasional mencapai 25,58 persen.
Di sisi lain, Antonius mengatakan pihaknya baru menggunakan anggaran belanja modal maksimal Rp 385 miliar atau 35% dari total anggaran Rp 1,1 triliun. Anggaran tersebut baru dibelanjakan untuk menyelesaikan proyek penerimaan refuse-derived fuel (RDF) dan pemasangan bag filter di pabrik Citeureup.
Seperti diketahui, RDF merupakan sampah yang mudah terbakar yang telah terpisah dari sampah yang suli terbakar dari proses pencacahan, pengayakan, dan jenis pemisahan lainnya. RDF dapat menjadi bahan bakar alternatif pengganti batu bara untuk pabrik semen atau sebagai co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
"Kami sangat berhati-hati dalam melakukan pembelanjaan barang modal mengingat situasi yang masih seperti ini," katanya