PT Krakatau Steel Tbk berencana menambah modal dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue senilai Rp 200 juta atau setara Rp 2,83 triliun (Asumsi kurs Rp 14.194/US$).
Rencana penerbitan saham baru ini dilakukan untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan. Dana hasil rights issue akan digunakan untuk membayar utang pada 2022.
"(Rights issue) ini bukan rencana baru, memang rencana yang sudah pernah kami sampaikan. Ini untuk memperbaiki posisi utang kami supaya bisa lebih baik lagi," kata Direktur Utama KRAS Silmy Karim dalam paparan publik perseroan, Selasa (23/11).
KRAS berencana untuk melakukan pembayaran utang senilai US$ 200 juta pada akhir 2021. Sementara itu, perseroan akan kembali melakukan pembayaran utang hingga US$ 500 juta pada 2022.
Berdasarkan laporan keuangan KRAS, liabilitas jangka pendek tercatat naik 89,11% pada Januari-September 2021 menjadi US$ 1,5 miliar dari realisasi periode yang sama tahun lalu senilai US$ 827 juta. Adapun, liabilitas jangka panjang turun 20,49% menjadi US$ 1,7 miliar. Alhasil, total liabilitas KRAS naik 9,38% menjadi US$ 3,3 miliar.
Sementara itu, total ekuitas susut 6,19% dari US$ 448 juta pada Januari-September 2020 menjadi US$ 420 juta. Oleh karena itu, total ekuitas dan liabilitas KRAS tercatat naik 7,34% menjadi US$ 3,7 miliar.
Divestasi Aset
Di sisi lain, Silmy mengatakan, pihaknya akan melakukan divestasi dengan melepas 40% kepemilikan aset perusahaan kepada mitra strategis pada akhir 2021.
Sejauh ini, ada dua mitra strategi yang dimaksud Silmy, yakni Indonesia Investment Authority (INA) dan PR Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA). Proses pelepasan aset itu kini telah mencapai tahap finalisasi.
Aset yang akan dilepas adalah sub-holding KRAS, yakni Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI). Sebagai informasi, KSI merupakan gabungan dari tiga anak usaha KRAS, yakni PT Krakatau Industrial Estate Cilegon, PT Krakatau Tirta Industri, PT Krakatau Daya Listrik, dan Krakatau Port & Logistic.
KSI merupakan sub-holding infrastruktur kawasan industri. Hingga 10 bulan 2021, KSI telah mencatatkan pendapatan hingga US$ 221 juta dengan pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) senilai US$ 66 juta.
Pada 2022, KRAS juga berencana untuk melepas kepemilikan sebagian aset sub-holding Krakatau Baja Konstruksi (KBK) dan beberapa aset tetap lainnya. KBK merupakan gabungan dari tiga anak usaha KRAS, yakni PT Krakatau Wajatama, PT KHI Pipe Industries, dan PT Krakatau Global Trading.
KBK mencatatkan pendapatan senilai US$ 319 juta sepanjang Januari-Oktober 2021, sedangkan EBITDA yang dihasilkan senilai US$ 18 juta. Pengembangan aset ini merupakan proses akhir KRAS dalam rangka restrukturisasi dan transformasi.
"Krakatau Steel akan menjadi satu holding company yang sangat ramping. Fokus utamanya adalah bisnis baja dan infrastruktur (kawasan industri)," kata Silmy.