Bakrie & Brothers Targetkan Restrukturisasi Utang Rampung Tahun Depan

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.
Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Anindya N. Bakrie (kiri)
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Lavinda
10/12/2021, 14.20 WIB

Berkat MKN, kontribusi BIIN terhadap total pendapatan BNBR naik dari 10% pada Januari-September 2020 menjadi 16%. Pasalnya, pendapatan MKN naik 29,23% menjadi Rp 252 miliar. Selain itu, pendapatan sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) MKN naik 46,78% menjadi Rp 25 miliar. 

Potensi Pemisahan Entitas Usaha

Anindya menyatakan, perusahaan berpotensi memisahkan MKN sebagai entitas usaha lain. Hal ini karena melihat kinerja bisnis perusahaan yang tumbuh signifikan, meski tak menyebut lebih detail terkait rencana ke depan.

"Bukan tidak mungkin ini bisa jadi spin-off. Menghasilkan bisnis baru yang punya growth story (cerita pertumbuhan) dan jadi start--up (perusahaan rintisan) yang sudah punya user case (pengguna) dan bukan proof of concept (konsep pembuktian)," kata Presiden Direktur BNBR Anindya Bakrie . 

Selain BIIN, anak usaha yang berkontribusi terhadap ttotal pendapatan perseroan adalah PT Bakrie Autoparts yang menjadi 29%. Hingga kuartal III-2021, pendapatan BNBR tercatat susut 20,66% dari Rp 1,9 triliun pada Januari-September 2021 menjadi Rp 1,5 triliun. 

Berdasarkan data Stockbit, harga saham BNBR terus stagnan di level Rp 50 per saham sejak 13 September 2018. Sebelumnya, harga BNBR tidak bergerak dari posisi Rp 500 per saham setidaknya sejak akhir 2016 sebelum akhirnya anjlok ke level Rp 70 per saham pada 20 Jun 2018 dan menyentuh titik terendahnya hingga saat ini. 

Namun demikian, rasio harga saham terhadap laba atau price to earning (PE) BNBR tercatat bergerak positif sepanjang 2021. Secara tahun berjalan, rasio PE BNBR menyentuh titik tertingginya selama 10 tahun terakhir di level 0,84 kali. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief