Harga saham PT AKR Corporindo Tbk merosot 2,98% atau 25 poin ke level Rp 815 pada perdagangan perdana pasca-pemecahan nominal saham (stock split) hari ini, Rabu (12/1). Pagi ini, saham dibuka di level Rp 840.
Berdasarkan data RTI pada 14.50 WIB, volume yang diperdagangkan sebanyak 44,55 juta saham 5.895 kali, dengan nilai Rp 36,22 miliar. Saat ini, kapitalisasi pasar AKR Corporindo tercatat sebesar Rp 16,36 triliun. Sepanjang 2021, saham AKRA telah tumbuh 29,24% menjadi Rp 4.110 per saham dibandingkan level penutupan 2020.
Sebelumnya, perusahaan distributor bahan bakar minyak (BBM) ini memperoleh persetujuan dari pemegang saham untuk stock split dengan rasio 1:5. Nominal saham emiten pertambangan berkode AKRA ini menjadi RP 20 per saham dari posisi sebelumnya Rp 100 per saham.
Saham diperdagangkan dengan harga nominal baru di pasar regular dan negosiasi mulai hari ini. Dengan demikian, jumlah saham AKRA bertambah menjadi 20,07 miliar saham.
Hingga November 2021, jumlah pemegang saham AKRA tercatat mencapai 10.880 entitas. Adapun, PT Arthakencana Rayatama memiliki 59,6% saham AKRA dan menjadi pemegang saham pengendali perseroan.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan AKRA Suresh Vembu meyakini bahwa investor, khususnya investor ritel dan milenial akan menganggap AKRA sebagai saham yang menarik dengan fundamental yang kuat dan pertumbuhan laba yang berkelanjutan.
"Meskipun tahun 2021 penuh tantangan, kami sangat senang untuk menginformasikan bahwa AKRA memiliki kinerja yang kuat selama tahun 2021 dengan akhir yang kuat pada kuartal IV 2021," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (12/1).
Menurut dia, target dan panduan untuk bisnis distribusi BBM dan kimia dasar telah terpenuhi. Anak perusahaan perseroan, JIIPE Gresik juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan laba pada 2021 dengan beberapa perkembangan yang signifikan.
Sebagai gambaran, terdapat pendapatan berulang dari sewa tanah untuk proyek smelter tembaga, penjualan bidang tanah dan memperoleh status Ekonomi Khusus.
Berdasarkan penilaian perusahaan terhadap permintaan bahan baku dan energi esensial serta peningkatan iklim investasi, AKRA menargetkan pertumbuhan pendapatan di kisaran 20% - 25%, dan pertumbuhan laba kotor sekitar 12% - 15%.
"Perusahaan diharapkan dapat mempertahankan arus kas yang kuat dan posisi keuangan yang kuat selama tahun 2022," katanya.
Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo mengatakan aksi korporasi stock split ini ditujukan agar saham AKRA lebih terjangkau dan untuk memperluas basis investor.
"Partisipasi investor ritel di Indonesia telah meningkat secara signifikan selama setahun terakhir dengan banyaknya investor muda dan milenial mencari peluang investasi yang menarik," kata Haryanto beberapa waktu lalu.
Berdasarkan laporan keuangan AKRA, total ekuitas perseroan naik 3.9% pada September 2021 menjadi Rp 10,96 triliun dari realisasi akhir 2020 senilai Rp 10,55 triliun. Peningkatan itu disebabkan naiknya saldo laba yang tidak ditentukan penggunaanya sebesar 3.86% menjadi Rp 7,19 triliun.
Sementara itu, pendapatan kontrak naik 24.65% secara tahunan pada Januari-September 2021 menjadi Rp 17,07 triliun dari Rp 13,69 triliun. Adapun, pendapatan sewa tumbuh 5.88% menjadi Rp 176,5 miliar. Laba bruto tercatat tumbuh 7.12% hingga kuartal III-2021 menjadi Rp 1,57 triliun dari capaian periode yang sama tahun lalu senilai Rp 1,47 triliun.
Dengan demikian, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 21.75% menjadi Rp 836,41 miliar. Haryanto menilai performa laba bersih perseroan mengikuti kinerja 2020 yang tumbuh 30% secara tahunan.