Perjalanan bisnis Grup Djarum yang dimiliki keluarga Hartono menyimpan kisah inspiratif. Keluarga Hartono yang merupakan keluarga terkaya di Indonesia versi Forbes 2022 membangun bisnisnya bermula dari pabrik mercon.
Bermula dari pabrik mercon, keluarga Hartono lalu membangun pabrik rokok, membeli PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), hingga mengembangkan usaha pada pusat perbelanjaan dan belanja online.
Wakil Direktur Utama BCA, Armand Hartono, yang juga merupakan generasi ketiga dari keluarga pemilik BCA dan pendiri Grup Djarum, membagikan kisah perjalanan bisnis keluarganya yang tak mudah.
“Kami bisa menjadi hari ini karena adanya masa sulit yang sudah dilalui. Tanpa karakter yang baik, akan cepat putus asa. Cara melihat dunia salah. Jadi stres,” kata Armand Hartono di acara seminar nasional bertajuk Mengapa Karakter Penting dalam Entrepreneurship? secara daring di kampus Universitas Katolik Darma Cendika, Surabaya, Rabu (29/6).
Dia mengatakan bisnis dimulai dari kakeknya Oei Wie Gwan yang mulai berdagang mercon hingga mempunyai pabrik. Namun, pada 1939, pabrik yang dirintis meledak dan kakeknya bangkrut.
Setelah dibangun kembali dari nol, pada 1941, pabrik didatangi perampok yang membawa obor sehingga membuat pabrik meledak lagi. Peristiwa ini membawa kesulitan ekonomi yang membuat Budi Hartono putus sekolah. “Papa putus sekolah karena pabrik meledak lagi,” kata Armand tentang bisnis awal keluarganya,
Ketika keluarga membangun kembali, pabrik mercon terpaksa tutup karena pada tahun 1942 kedatangan Jepang yang menjajah Indonesia. Setelah masa kemerdekaan, kakeknya kembali membangun bisnis kembali.
Pada 1951, Oei Wie Gwan membeli perusahaan rokok NV Murup yang hampir gulung tikar di Kudus, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut memiliki merek Djarum Gramofon yang kemudian dikenal dengan nama Djarum.
Pada 1963, perusahaan mengalami kebakaran besar dan hampir menghancurkan pabrik. Pada tahun itu, Oei Wie Gwan meninggal. Bisnis kemudian dilanjutkan oleh kedua anaknya Budi dan Bambang Hartono.
Saking seringnya bisnis keluarga jatuh bangun, Armand mengumpamakan semangat untuk terus bangkit kakeknya seperti burung phoenix. "Seperti burung Phoenix yang terbakar akan mulai lagi dan bangkit lagi," kata Armand.
Filosofi dari phoenix sendiri yaitu sebagai sosok penuh semangat kebangkitan dan dapat menyembuhkan dirinya sendiri. Saat seseorang dalam keadaan terpuruk, keajaiban dari air matanyalah yang dapat menjadi penyembuh luka.
Armand mengatakan masa-masa sulit yang dihadapi keluarganya saat krisis ekonomi dan moneter 1998. “Krisis 1998 terjadi penjarahan, pembakaran, penembakan, dan mengalami kerugian,” kata Armand.
Setelah berhasil melalui krisis moneter, keluarga Hartono mengembangkan sayap bisnis di dunia perbankan dengan membeli BCA dari BPPN. BCA merupakan bank swasta terbesar di Indonesia yang didirikan oleh Grup Salim.
Armand mengatakan keluarganya bisa mengembangkan bisnis dengan fokus bagaimana bisa menarik kepercayaan nasabah dengan memberikan pelayanan terbaik. Dia mengatakan BCA terus memperbaiki teknologi yang bisa mempercepat pelayanan
"Dulu ATM itu hanya untuk menarik uang, kami pun mengupayakan bagaimana bisa menjadi pembayaran. Sistem kemudian dibuat, awalnya jebol, diperbaiki, rusak lagi, hang lagi, setelah ketiga baru lancar," kata Armand.
Armand juga meminta kepada entrepeneurship agar tidak melihat kegagalan sebagai malapetaka. Sebaliknya, seorang pengusaha harus berusaha mempersiapkan diri dalam hal apapun. “Jangan ada yang berubah jika krisis sekalipun karakter integritasnya tetap dipegang di setiap kondisi.”
Seorang entrepreneurship ialah orang yang harus memiliki energi untuk bergerak terus dan berusaha menjadi yang terbaik, bukan mencari masalah, tapi kalau pun ada masalah harus mencari solusinya. Orang yang berkarakter, kata Armand, memiliki kejujuran, ketabahan, tulus, penuh rasa bersyukur yang menjadi dasar penting menjalani usaha. "Di BCA, permintaan saya hanya satu, bagaimana bisa memberikan pelayanan terbaik yakni pelayanan world class," kata Armand.
Pada kesempatan itu, Presiden Komisaris Lippo General Insurance Felix Ali Chendra menyampaikan jika seseorang ingin menjadi pebisnis, maka networking menjadi kunci. “Kalau punya networking, punya sahabat dan mentor dapat memberikan masukan yang terkadang kita tidak bisa melihat peluang keluar dari masalah tersebut,” kata Felix.
Menurut dia, yang membedakan pengusaha sukses adalah kemampuan mengelola masalah yang dihadapi.
"Jangan takut menghadapi masalah karena itu merupakan bagian dari kita naik kelas, jangan dilihat sebagai “the end of the world” tapi liat sebagai suatu tangga untuk bisa naik ke atas,” ujarnya.