Emiten menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) resmi mengakuisisi sebanyak 6.000 menara milik Telkomsel senilai Rp 10,28 triliun.
Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, akusisi menara Telkomsel oleh Mitratel tersebut justru membuat bisnis menjadi lebih efisien dan meningkatkan valuasi serta daya saing perusahaan.
Hal ini terlihat ke depan pengelolaan menara telekomunikasi milik Mitratel bisa disewakan ke semua operator seluler. Selain itu, langkah bisnis akuisisi menara yang dilakukan oleh Mitratel, menjadi revenue stream baru bagi Telkom Group serta ditambah masuknya permodalan (Mitratel) dari investor.
“Pengelolaan Menara yang tadinya cost center, saat ini bisa jadi profit center karena juga bisa diisi oleh operator lain,” kata Kartika, dalam keteraangannya dikutip Jumat (26/8).
Tiko juga menyatakan, UU Cipta Kerja memungkinkan dan mendorong penggunaan infrastruktur menara untuk layanan bersama. Selain menara, juga fiber optik bisa digunakan bersama oleh operator. Menurutnya, level persaingannya saat ini bukan lagi di penguasaan infrastruktur, tapi kualitas layanan kepada pelanggan.
Sementara itu, Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko mengungkapkan, konsolidasi menara TelkomGroup dan operator yang terjadi di industri seluler saat ini akan membawa dampak positif bagi perusahaan penyedia menara.
"Langkah konsolidasi tersebut akan membantu dan membuka kesempatan bagi semua operator dalam melakukan ekspansi bisnisnya," katanya.
Dengan kepemilikan 34.800 menara yang diraih setelah akuisisi 6000 menara Telkomsel yang lokasinya strategis, tersebar di seluruh Indonesia dan mayoritas berada di luar Jawa ditambah Mitratel menyediakan solusi total melalui skema bundling yang terdiri dari tower leasing, connectivity, dan power to tower.
Melalui mapping tersebut, pihaknya optimistis strategi ini akan disambut positif oleh semua operator. Apalagi, ditambah 32% menara Mitratel merupakan prioritas utama tenant dari operator seluler.
Teddy menambahkan, pasca akuisisi menara Telkomsel, pihaknya lebih agresif meningkatkan tenancy ratio dan perluasan layanan termasuk bisnis pendukung agar dapat meningkatkan nilai lebih bagi bisnis pelanggan.
Sebelumnya, perusahaan menargetkan akan memperoleh tambahan pendapatan dari akuisisi 6.000 menara baru senilai Rp 6,9 triliun dalam sepuluh tahun ke depan.
"Ada tambahan pendapatan Rp 9,6 triliun dari kontrak baru 10 tahun ke depan," kata Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (2/8).
Dia menyebut, dengan tambahan 6.000 menara baru milik Telkomsel, maka kontrak baru perusahaan dari penyewaan menara secara akumulasi nilainya mencapai Rp 42 triliun. "Dari 2018 sampai saat ini ada 26% pertumbuhan kontrak, ini sangat signifikan," urainya.
Pada perdagangan Jumat ini (26/8), harga saham MTEL diperdagangkan pada kisaran Rp 790 sampai dengan Rp 800 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 66,39 triliun.