PT Timah (Persero) Tbk menargetkan proyek Smelter Ausmelt Furnace rampung dan dapat beroperasi pada November 2022. Pengoperasian smelter ini merupakan salah satu strategi emiten pertambangan pelat merah ini untuk menghadapi pelemahan harga komoditas.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk, Abdullah Umar mengatakan, smelter ini dapat mengolah atau meleburkan konsentrat biji timah dengan kadar 40% atau low grade. Proses peleburan yang lebih cepat dari smelter baru ini memperlihatkan efisiensi dibandingkan smelter eksisting.
Dengan pengoperasian Smelter Ausmelt Furnace, emiten berkode saham TINS ini dapat meningkatkan efisiensi produksi dengan kisaran 25% hingga 34%.
Menurut dia, pengerjaan proyek smelter tersebut sudah mencapai pembangunan final yakni dengan progres pembangunan mencapai 97,33%. Sebagai informasi, proyek smelter ini sudah mulai dibangun sejak 2019 lalu.
“Kami menargetkan smelter mulai beroperasi dari awal tahun ini. Namun, ada kemunduran akibat pandemi Covid-19,” kata Abdullah Umar dalam Paparan Publik 2022, Rabu (14/9).
Sebagai informasi, produksi logam timah TINS pada paruh pertama tahun 2022 merosot sebesar 26% menjadi 8.805 MT dari periode sama tahun lalu sebanyak 11.915 MT.
Adapun, penjualan logam timah tercatat ikut melemah menjadi 9.942 MT atau turun sebesar 21% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar 12.523 MT
Berdasarkan laporan keuangan, PT Timah membukukan laba bersih sebesar Rp 1,08 triliun pada semester I 2022, atau melonjak 301% dari raihan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan kinerja anak perusahaan dan melesatnya harga jual logam berkontribusi terhadap peningkatan kinerja keuangan perseroan.
Pada enam bulan pertama tahun ini, perusahaan mengantongi pendapatan Rp 7,47 triliun atau naik 27% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 5,87 triliun.
Posisi nilai aset perseroan pada kuartal II 2022 tercatat sebesar Rp 14,4 triliun atau turun 2% dibandingkan akhir tahun 2021 sebesar Rp 14,7 triliun. Posisi liabilitas sebesar Rp 7,3 triliun atau turun 13% dibandingkan posisi akhir tahun sebesar Rp 8,4 triliun, sedangkan posisi ekuitas naik 12% menjadi Rp 7,1 triliun dibandingkan posisi akhir tahun sebesar Rp 6,3 triliun.
Posisi kas dan setara kas perseroan naik 51% menjadi Rp 1,9 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,3 triliun. Pinjaman bank dan utang obligasi pada semester pertama tahun ini turun signifikan menjadi Rp 3,6 triliun dari sebelumnya Rp 5,1 triliun.