Sejumlah ekonom menilai tren kenaikan suku bunga dan inflasi tinggi saat ini menekan kinerja emiten, terutama sektor teknologi. PT Global Digital Niaga Tbk (BELI), pengelola e-commerce Blibli membeberkan strategi perusahaan dalam menghadapi resesi ekonomi global yang berpotensi mengguncang ekonomi domestik.
CEO dan Co-Founder Blibli, Kusumo Martanto mengatakan, pihaknya akan terus mencari rekan bisnis yang memiliki suplai produk-produk berkualitas untuk mendorong operasional bisnis perusahaan.
Selain itu, perusahaan milik Grup Djarum ini juga akan menjalin kerja sama strategis dengan sejumlah perusahaan pengelola produk bermerek, baik dalam skala global, maupun nasional. Termasuk pula industri Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM).
"Kalau dari sisi emiten, kami terus mencari rekan-rekan yang punya suplai produk berkualitas dan bekerja sama strategis dengan para pemegang merek, baik global, nasional maupun UMKM di seluruh Indonesia," ujar Kusumo dalam Konferensi Pers Pencatatan Perdana Saham, Selasa (8/11).
Tak hanya itu, perusahaan juga akan terus menjalankan efisiensi bisnis serta koordinasi berkesinambungan di antara seluruh entitas usaha, yakni Blibli.com, Tiket.com, dan Ranch Market.
"Kami yakin cukup solid untuk menghadapi ketidakpastian di dunia global, dan bisa bersama-sama melewati hal itu dengan baik," katanya.
Kusumo meyakini model bisnis yang dijalankan perusahaan sudah tepat, sehingga manajemen tidak khawatir jika dampak resesi ekonomi global menghantui ekonomi Indonesia. "Kami melihat dari sisi model bisnis, karena kalau dari awal sudah salah akan lebih berat lagi," tegasnya.
Kendati resesi ekonomi global benar-benar muncul, dia meyakini perekonomian Indonesia mampu bertahan. Pasalnya, ekonomi domestik didukung oleh tren surplus nerada perdagangan, dan kekuatan suplai komoditas.
"Ekonomi Indonesia kuartal III juga tumbuh 5,7%, konsumsi rumah tangga juga naik 5,3%. Kami yakin Indonesia mampu bertahan," ujarnya.
Hari ini, Blibli mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data perdagangan, sampai pukul 09.15 WIB, harga saham Global Digital Media naik tipis 0,89% ke level Rp 454 per saham dari harga penawaran umum yang ditetapkan perseroan yakni Rp 450.
Harga sahamnya di awal pembukaan perdagangan sempat turun Rp 440 per saham setelah akhirnya naik. Volume saham yang diperdagangkan tercatat 323,39 juta dengan nilai transaksi Rp 147,63 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangan tercatat sebanyak 9.421 kali.
Komisaris Utama Blibli, Martin Basuki Hartono mengatakan, aksi korporasi ini merupakan salah satu bentuk komitmen Blibli untuk terus berkontribusi terhadap perekonomian digital Indonesia.
“Dengan diperdagangkannya saham BELI di BEI, kami berharap akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap sektor teknologi di Indonesia, serta membawa efek positif terhadap perekonomian digital di dalam negeri,” tutur Martin dalam keterangan resminya, Selasa (8/11).
Berdasarkan prospektus, Blibli menawarkan 17,77 miliar saham perdana dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Jumlah saham yang ditawarkan tercatat 15% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Nilai akumulasi penawaran umum saham ditetapkan Rp 7,99 triliun, atau menyusut tipis dari target awal yang maksimal Rp 8,17 triliun.
Terkait penggunaan dana hasil IPO, perusahaan mengalokasikan Rp 5,5 triliun untuk membayar seluruh saldo utang fasilitas perbankan PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank BTPN Tbk. Sisanya, akan digunakan oleh perusahaan dan entitas anak, PT Global Tiket Network (GTNe) atau Tiket.com, sebagai modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha utama dan pengembangan usaha perusahaan.
"Ini termasuk kegiatan penjualan dan pemasaran, pengembangan produk, pembiayaan kegiatan operasional, biaya pemeliharaan atau beban operasional lain, serta menambah fasilitas pendukung usaha, termasuk pembaruan teknologi," demikian tertulis dalam prospektus yang terbit pada Selasa (1/11).