PT Waskita Karya (Persero) Tbk menargetkan dapat mengurangi porsi utang perusahaan sebanyak Rp 23 triliun pada 2025. Per September 2022, utang emiten konstruksi milik negara ini tercatat mencapai Rp 82,4 triliun.
Direktur Utama Waskita Karya, Destiawan Soewardjono menjelaskan, untuk mengurangi beban utang tersebut, pihaknya akan mengambil langkah strategis. Salah satunya dengan melakukan bisnis dengan kemitraan strategis di sektor jalan tol.
"Dalam rangka mengurangi utang perseroan. Kami melakukan strategic partner yaitu di jalan tol, tentunya kami melakukan untuk mengurangi porsi utang atau dikonsolidasi, sehingga level utang akan menurun, di mana pada 2025 perseroan menargetkan dikonsolidasi utang sebesar Rp 23 triliun," ujar Destiawan dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (14/11).
Menurunnya komitmen manajemen menurunkan jumlah utang juga didukung oleh perbaikan posisi ekuitas. Perbaikan tersebut lantaran adanya dampak dari pemberian Penyertaan Modal Negara (PMN) dan penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue pada 2021 dan 2022.
Untuk mengakhiri tahun 2022, manajemen memproyeksikan level rasio utang terhadap ekuitas atau Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan berada di level dua sampai tiga kali.
"Ke depan DER kami semakin membaik di level 1-2 x," ucapnya.
Per kuartal ketiga 2022, emiten plat merah ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 578,17 miliar atau naik 766,60% dari periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 66,71 miliar.
Capaian laba bersih didongkrak oleh pertumbuhan pendapatan sebesar 44,61% pada kuartal ketiga tahun ini, menjadi Rp 10,30 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun 2021 sebesar Rp 7,12 triliun.
Untuk rencana kuartal IV mendatang, manajemen Waskita akan fokus meningkatkan produktivitas operasional, termasuk beberapa proyek di Ibu Kota Negara (IKN) yang dimenangkan proses tendernya oleh perseroan.