Bidik Industri Data Center Masuk, Puradelta Siapkan Tambahan Lahan

Alibaba
Pusat data atau data center
17/11/2022, 11.43 WIB

PT Puradelta Lestari Tbk (DMAS) tengah fokus pada penjualan lahan untuk kawasan industri khusus data center. Apalagi penjualan lahan mereka sebesar Rp 1,3 triliun mulai didominasi oleh sektor tersebut.

Direktur Operasional Kota Deltamas Tommy Satriotomo mengatakan saat ini mereka menyiapkan 200 hektar untuk lahan data center. Rencananya, hingga akhir tahun 2022 jumlah lahan yang tersedia akan bertambah lagi.

“Untuk peluang penambahan data center akan terus meningkat satu sampai dua tahun ke depan,” ujar Tommy pada kesempatan yang sama, Rabu (16/11) dalam acara Press Tour di Hotel Le Premiere, Kota Deltamas, Cikarang, pada Rabu (16/11).

Kongsi usaha Sinar Mas Land dan Sojitz Corporation itu meraup pra-penjualan (marketing sales) sebesar Rp1,3 triliun hingga Oktober 2022. Dari angka tersebut, sebanyak 90% dihasilkan penjualan lahan untuk data center.

Direktur dan Corporate Secretary PT Puradelta Lestari Tbk Tondy Suwanto mengatakan meningkatnya penggunaan e-commerce hingga platform online sejak 2020 silam berdampak pada penjualan. Ini karena database sejumlah perusahaan juga meningkat sehingga membutuhkan lahan untuk data center.

“Jadi memang capaian pra-penjualan yang baik di tahun ini didukung oleh kenaikan harga penjualan rata-rata dan meningkatnya permintaan, khususnya dari sektor data center,” ujar Tondy.

Lahan tanah yang telah disediakan khusus untuk data center berada di kawasan Greenland International Industrial Center atau GIIC di Kota Deltamas. Saat ini sudah ada 14 tenant yang telah menempati lahan tersebut. Salah satunya Pusat Data Nasional milik Kementerian Komunikasi dan Informatika atau Kominfo.

Deltamas yang sudah bekerjasama dengan PLN untuk menyediakan listrik hingga 963 mega volt-ampere. Tidak hanya itu, mereka juga memiliki dua gardu induk tegangan ekstra tinggi atau GITET.

“Bisa dibilang Deltamas merupakan satu-satunya industri yang menghasilkan data center terbesar di Indonesia, karena tidak mudah untuk mengajak suatu perusahaan untuk bergabung,” ujar Tondy.

Reporter: Nadya Zahira