Jadi WNI, Bos Bayan Resources (BYAN) Kini Jadi Orang Terkaya No 1

Laporan Keuangan Bayan Resources
Pemilik Bayan Resources Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya kedua di Indonesia setelah Hartono bersaudara versi Majalah Forbes.
Penulis: Lona Olavia
23/12/2022, 19.51 WIB

Pendiri perusahaan tambang batu bara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) Dato' Dr. Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia versi The Real-Time Billionaires Forbes pada Jumat (23/12). Posisi tersebut berhasil diduduki setelah pria berumur 74 tahun tersebut menggeser posisi Hartono bersaudara.  

Menurut versi The Real-Time Billionaires Forbes , Low Tuck Kwong kekayaan bersihnya mencapai US$ 25,2 miliar. Sedangkan, Robert Budi Hartono ada di US$ 22,3 miliar dan Michael Hartono ada di US$ 21,5 miliar.

Namun jika merunut data orang kaya di Indonesia yang dikeluarkan oleh majalah Forbes maka Low Tuck Kwong masih dinobatkan sebagai orang nomor dua terkaya di Indonesia 2022. Kenaikan itu karena hartanya naik empat kali lipat dibandingkan tahun 2021.

Terhitung sejak akhir November 2022, harga saham BYAN telah melesat 98,99%. Inilah yang membuat market cap BYAN terdongkrak dengan sangat signifikan. Peningkatan harga saham BYAN yang terjadi sepanjang tahun ini pun mengantarkan sang pemilik ke jajaran 10 orang terkaya di Indonesia. 

Di awal bulan Desember 2022, BYAN melakukan aksi korporasi berupa pemecahan nilai nominal saham (stock split) 1:10. Sejak stock split dilakukan, harga saham BYAN terus menguat.

Sejak awal tahun, saham BYAN tercatat telah memberikan return dari capital gain sebesar 586,1%. Ini merupakan angka yang fantastis.

Pada perdagangan Jumat (23/12), harga saham BYAN ditutup menguat 525 poin atau 2,91% di Rp 18.575. Nilai kapitalisasi Bayan menduduki peringkat ketiga terbesar di bursa domestik dengan jumlah Rp 619 triliun.

Sebelumnya, berdasarkan data Forbes saat memeringkat 50 orang terkaya Indonesia pada 2021, pendiri Bayan Resources ini hanya berada di posisi ke-18 dengan kekayaan mencapai US$ 2,55 miliar. Bisnis batu bara memang menghadapi kampanye global yang menolak penggunaannya demi mengurnagi emisi karbon.

Namun, keberuntungan memihak Low Tuck Kwong, terutama dalam setahun terakhir. Perang Rusia dan Ukraina melambungkan permintaan dan harga batu bara. Eropa yang mulai meninggalkan batu bara pun meningkatkan pesanannya akibat krisis energi.  

Tak heran kinerja Bayan Resources yang memiliki 30 anak usaha, dalam sembilan bulan terakhir melesat. Emiten berkode saham BYAN ini mengantongi pendapatan mencapai US$ 3,3 miliar. Pendapatan ini naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 1,74 miliar.

Perusahaan juga berhasil membukukan laba mencapai US$ 1,7 miliar. Kenaikan ini dua kali lipat dibandingkan sepanjang sembilan bulan pertama 2021.

Bapak dari dua anak ini mengawali karirnya dengan bekerja di perusahaan konstruksi milik ayahnya, David Low Yi Ngo. Kemudian 1972, Low Tuck Kwong memutuskan untuk pindah ke Indonesia dan pada tahun 1973 memutuskan untuk mendirikan PT Jaya Sumpiles Indonesia (JSI) yang bergerak di bidang konstruksi.

Kemudian 15 tahun kemudian yakni tahun 1988, JSI berekspansi ke bisnis penambangan batubara dan menjadi kontraktor tambang terkemuka. Tak lama berselang, kecintaannya pada Indonesia membawa pria kelahiran Singapura itu merubah kewarganegaraannya menjadi WNI pada tahun 1992.

Low Tuck Kwong tercatat lahir dan tumbuh di Singapura pada 17 April 1948 silam hingga usianya 24 tahun. Namun, dia mengadu nasib ke Indonesia pada 1972 dan resmi menjadi WNI 20 tahun kemudian.

Dalam bidang pertambangan, Low Tuck Kwong membeli tambang batubara pertamanya melalui PT Gunubayan Pratamacoal. Pada tahun 1998, melalui PT Dermaga Perkasapratama mengoperasikan sebuah terminal batu bara di Balikpapan.

Selang dua tahun kemudian, Low Tuck Kwong mengakuisisi 49,57% Manhattan Resources Ltd, perusahaan pelayaran di Singapura. Sebagai langkah ekspansi, dia membeli saham salah satu perusahaan kesehatan terbesar di Singapura, Singapore Health Partners.

Low Tuck Kwong juga pemilik The Farrer Park Company, Samindo Resources, dan Voksel Electric. Salah satu perusahaannya membangun sistem kabel bawah laut untuk konektivitas internet yang menghubungkan Singapura, Indonesia, dan Malaysia.

Pada tahun yang sama hingga 2018 Low Tuck Kwong mulai menjabat sebagai komisaris utama PT Bayan Resources Tbk. Selanjutnya, Low Tuck Kwong menjabat sebagai direktur utama hingga sekarang dengan menahkodai 2.675 karyawan disana.