Nama Lim Hariyanto Wijaya Sarwono dan Ghan Djoe Hiang masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Forbes. Secara usia, mereka adalah yang tertua. Lim Hariyanto saat ini berusia 94 tahun, sehingga bisa dikatakan dia menjadi kakek paling kaya. Sementara, Ghan Djoe Hiang berusia 79 tahun dan menjadi nenek paling kaya di Indonesia.
Berdasarkan catatan Forbes, pada 2022 ini Lim Hariyanto memiliki kekayaan bersih senilai US$ 1,1 miliar atau setara dengan Rp 17,16 triliun (kurs Rp 15.600/dolar AS) dan berada di urutan ke-36 sebagai orang terkaya di Indonesia.
Berkat kekayaan bersih yang dimilikinya itu, dia tidak hanya menempati posisi sebagai orang terkaya di Indonesia, namun juga berada di urutan ke-2.448 sebagai orang terkaya di dunia.
Lim dan keluarganya memiliki saham mayoritas di produsen minyak sawit yang terdaftar di Singapura, Bumitama Agri. Adapun perkebunan kelapa sawit milik Bumitama Agri ini masih berlokasi di Indonesia.
Di sisi lain, Lim Hariyanto juga bergerak di bidang pertambangan. Diketahui bahwa Grup Harita milik keluarganya juga memiliki mayoritas saham di perusahaan tambang, PT Cita Mineral Investindo Tbk (CITA).
Baru-baru ini, CITA melakukan perjanjian pengambilan saham bersyarat dengan PT Kalimantan Alumunium Industry (KAI) dan PT Kaltara Power Indonesia. Kedua perusahaan itu milik PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO).
Lim Hariyanto tercatat memiliki tujuh anak, dua diantaranya menjadi pemegang peran paling penting di beberapa perusahaan miliknya. Lim Gunawan Hariyanto merupakan CEO Bumitama Agri. Sementara, Christina merupakan presiden komisaris perusahaan sekuritas, Harita Kencana Sekuritas.
Sedangkan, nenek terkaya dipegang oleh Ghan Djoe Hiang yang memiliki kekayaan bersih senilai US$ 10,7 miliar atau setara Rp 16,69 triliun. Saat ini menjadi 41 orang terkaya di Indonesia versi Forbes.
Mengutip berbagai sumber, Ghan Djoe Hiang merupakan pemegang saham pengendali PT Wahana Sentosa Cemerlang, induk usaha PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP).
Mitrabara merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan batu bara. Berdasarkan anggaran dasar, perusahaan itu bergerak di bidang perdagangan dan pertambangan batu bara.
MBAP ini terafiliasi dengan Baramulti Group, perusahaan yang hingga 2021 kemarin memiliki konsesi tambang batu bara seluas 24.518 hektar di lima kabupaten di Kalimantan.
Ghan Djoe Hiang merupakan istri dari mendiang Athanasius Tossin Suharya, sang pendiri Baramulti.
Ghan Djoe Hiang kemudian meneruskan usaha suaminya tersebut yaitu PT Ensicon Indonesia, yang sudah berdiri sejak 1971 dan bergerak di bidang kontraktor umum. Perusahaan ini telah melakukan diversifikasi ke perdagangan batubara pada 1988. Baramulti Group saat ini sudah memiliki 11 konsesi batu bara di Kalimantan dan Sumatera.