Pada hari pertama melantai di BEI, Jumat (24/2) saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) sentuh auto reject bawah (ARB) dengan turun 6,86% ke level Rp 815 per saham di akhir sesi satu perdagangannya. Para investor bahkan sudah banyak yang mengantre untuk menjual saham anak usaha PT Pertamina ini.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Jono Syafei mengatakan, ARB yang terjadi di PGEO dapat dipengaruhi pandangan yang kurang baik dari investor terhadap BUMN. Apalagi secara historikal juga biasanya saham BUMN yang IPO memang kurang diapresiasi pelaku pasar pada saat pertama kali listing.
"Padahal mungkin memiliki prospek yang baik," katanya kepada Katadata, Jumat (24/2).
Dikutip dari sistem perdagangan Indo Premier Sekuritas pada penutupan sesi satu, investor saham terpantau mengantre untuk menjual saham, dengan total hingga 1,12 juta lot. Adapun harga yang dipasang bervariasi, mulai dari Rp 815 per saham hingga Rp 855 per saham.
Bisa dibilang penurunan itu terjadi karena adanya unsur panic selling. Padahal saham PGEO sempat menguat ke posisi Rp 925 per saham pada awal pembukaan, namun beberapa menit kemudian langsung turun dan berakhir dengan menyentuh ARB.
Panic selling adalah tindakan yang tidak lagi menggunakan pertimbangan fundamental atau teknikal, yang ada hanya unsur psikologis rasa panik untuk segera menjual saham yang menimbulkan rasa takut berlebihan.
Dari daftar sistem perdagangannya, terdapat 61,35 ribu lot dengan harga Rp 815 per saham. Lalu 42,22 ribu lot dengan harga Rp 820 per saham. Selanjutnya terdapat 41,69 ribu dengan harga Rp 850 per saham. Sisanya dijual antara 21 ribu hingga 32 ribu dengan kisaran harga yang bervariasi dengan rentang Rp 825 hingga Rp 855 per saham.
Namun saham PGEO mampu bangkit dan jelang penutupan perdagangan sesi II tepatnya di pukul 14.47 waktu JATS sahamnya kembali ke posisi penawaran di Rp 875 per sahamnya.
Adapun komposisi pemegang saham PGEO saat ini yaitu PT Pertamina Power Indonesia dengan jumlah kepemilikan saham 28,56 miliar atau 69,01% dari total saham. Lalu PT Pertamina Pedeve Indonesia 2,47 miliar atau 5,99% dari total keseluruhan saham. Lalu masyarakat menggenggam 10,35 miliar saham atau 25% kepemilikan saham.
Padahal Direktur Utama Pertamina Geothermal Energy Ahmad Yuniarto mengatakan, PGEO telah menyelesaikan roadshow ke sejumlah negara selain Indonesia, diantaranya Singapura, Hong Kong, London, dan New York.
PGE jelasnya berhasil menarik minat investor domestik maupun investor multinasional yang berkualitas untuk berpartisipasi dalam IPO PGE. Adapun beberapa investor domestik dan multinasional yang turut berpartisipasi dalam IPO PGE antara lain adalah Indonesia Investment Authority (INA) dan Masdar, perusahaan clean energy yang berkantor pusat di United Arab Emirates (UAE).
Penawaran umum IPO perseroan bahkan mengalami kelebihan permintaan alias oversubscribed hingga 3,81 kali dari porsi pooling, melampaui target yang telah ditetapkan sebelumnya. Namun nampaknya kelebihan permintaan ini tak mampu mendorong PGEO ke zona hijaunya.