PT Merdeka Battery Materials Tbk berencana akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada April mendatang. Anak perusahaan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) ini akan melepas 11 miliar saham dalam penawaran umum saham perdana (IPO) dengan nilai nominal Rp 100 per saham.
Jumlah tersebut merupakan 10,24% dari modal ditempatkan dan disetor. Calon emiten yang akan menggunakan ticker MBMA ini memberikan kisaran harga awal Rp 780-795 per saham. Dengan demikian perseroan berpotensi meraih dana IPO hingga Rp 8,74 triliun.
Bahkan jika IPO ini mengalami kelebihan pemesanan, perusahaan akan menerbitkan tambahan 1,01% saham lagi. Dengan demikian, Merdeka Battery Materials berpotensi meraup dana hingga Rp 9,61 triliun.
Melansir prospektusnya, Selasa (28/3) perusahaan berencana menggunakan 48% dari dana IPO untuk pembayaran seluruh pokok utang kepada induk perusahaan, MDKA sebesar US$ 225 juta atau Rp 3,8 triliun dan ING Bank cabang Singapura sebesar US$ 75 juta atau sekitar Rp 1,1 triliun (asumsi kurs Rp 15.083).
Sedangkan 5% akan digunakan oleh perseroan untuk mengambil alih hak tagih sebesar US$ 30 juta yang timbul dari Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk yang diberikan oleh MDKA kepada PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI).
“Sehingga perseroan selanjutnya akan memiliki hak tagih kepada MTI sebesar US$ 30 juta atau setara Rp 460,5 miliar dengan syarat dan ketentuan yang sama dengan Perjanjian Fasilitas Dukungan Induk,” ujar manajemen.
Kemudian sekitar 1,5% akan digunakan oleh MBMA untuk modal kerja, antara lain untuk biaya karyawan, biaya jasa profesional, dan biaya keuangan.
Sedangkan 8,0% akan dipinjamkan kepada MTI yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan Proyek AIM I, yang dijadwalkan akan memulai produksi pada pertengahan kedua tahun 2023.
Lalu, 14,0% akan dipinjamkan kepada PT Zhao Hui Nickel (ZHN) yang selanjutnya akan digunakan untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal. Seperti pemasangan konversi nikel matte pada Smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) ZHN yang saat ini sedang dalam proses pembangunan dan sekitar 6,0% akan digunakan untuk modal kerja.
Adapun 5,5% lagi akan dipinjamkan kepada PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) yang selanjutnya akan digunakan untuk modal kerja. Hal itu meliputi biaya karyawan, biaya jasa profesional, pembayaran royalti ke kas negara, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya pemeliharaan dan perbaikan, serta biaya penambangan.
Sementara sisa dana IPO akan dilakukan untuk penyetoran modal kepada PT Merdeka Industri Mineral (MIN) yang selanjutnya akan digunakan untuk pemberian pinjaman kepada PT Sulawesi Industri Parama (SIP) masing-masing sebesar 50%.
SIP kemudian akan menggunakan dana tersebut untuk membiayai sebagian kebutuhan belanja modal yang timbul dari pembangunan fase pertama dari pabrik HPAL pertama yang berkapasitas 60.000 ktpa (HPAL 1a) di Indonesia Konawe Industrial Park (IKIP).
Saat ini mayoritas saham Merdeka Battery Materials dimiliki oleh PT Merdeka Energi Nusantara sebesar 48,7% dan Garibaldi Thohir sebesar 11,03%. Lalu Huayong International Limited memiliki 7,51% saham dan Winato Kartono memiliki 6,26% saham MBMA.