Mitratel Siapkan Belanja Modal Rp 7 Triliun untuk Tambah Menara

Katadata/Syahrizal Sidik
Mitratel menyiapkan belanja modal senilai Rp 7 triliun di tahun ini.
Penulis: Syahrizal Sidik
12/4/2023, 16.20 WIB

Emiten menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), mengalokasikan belanja modal senilai Rp 7 triliun. Dana tersebut akan digunakan perusahaan untuk ekspansi organik maupun anorganik antara lain dengan menambah jumlah menara telekomunikasi, membangun fiber optik dan infrastruktur pendukung lainnya.

Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko mengungkapkan, perseroan meyakini bisnis di tahun 2023 akan tetap mencatatkan pertumbuhan di atas rata-rata industri. Pasalnya, perusahaan mencatatkan rata-rata pertumbuhan majemuk tahunan (compound annual growth rate/CAGR) dua digit pada periode 2017-2022.

Tercatat, CAGR pendapatan Mitratel pada 2017-2022 naik sebesar Rp 14%. Kemudian, CAGR laba bersih Mitratel tumbu 34% atau melampaui CAGR laba bersih TOWR dan TBIG di periode 2017-2022 itu, yang masing-masing sebesar 10% dan minus 6%. Mitratel juga membukukan CAGR EBITDA sebesar 27%, lebih tinggi dari rata-rata industri.

Teddy menjelaskan, dengan pertumbuhan CAGR tersebut, perusahaan juga terus mendorong monetisasi aset dalam mengakselerasi pertumbuhan berkelanjutan yang didukung oleh menara yang tersebar di seluruh Indonesia, termasuk dari hasil akuisisi.

“Kami juga berinovasi dalam pengembangan ekosistem bisnis menara, termasuk di antaranya fiber optik,” ujarnya Kamis (12/4).

Sementara itu, Robertus Hardy, Senior Research Analyst PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, berpendapat, saham infrastruktur telekomunikasi merupakan saham yang prospektif di tahun ini karena menyongsong masa pemilihan umum pada 2024. Hal ini diproyeksikan berdampak terhadap lonjakan lalu lintas data.

Selain itu, kinerja emiten infrastruktur telekomunikasi didukung adopsi teknologi 5G yang diharapkan lebih luas, penetrasi fixed broadband, dan persaingan penyedia layanan telekomunikasi untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

“Dengan demikian, kami menginisiasi industri ini dengan peringkat Overweight dengan MTEL sebagai pilihan utama. Selain neraca yang relatif lebih sehat dengan hanya 33,0% net gearing per Desember 2022 jika dibandingkan TOWR dan TBIG yang masing-masing 309,5% dan 224,3%,” kata Robertus, dalam risetnya.

Di sisi lain, aset MTEL memiliki valuasi yang lebih murah, yaitu rasio enterprise value (EV)/tower per Desember 2022 itu senilai Rp 2 miliar jika dibandingkan dengan TOWR dan TBIG yang EV/tower masing-masing sebesar R p3,1 miliar dan Rp3,3 miliar.

Kemudian, Mitratel tidak memiliki eksposur risiko fluktuasi mata uang asing lantaran seluruh pinjaman dalam denominasi rupiah.  Utang perseroan di tahun lalu itu turun menjadi Rp 15,29 triliun dari Rp 18,07 triliun. Rasio utang terhadap ekuitas (debt to equity ratio/DER) pada 2022 turun menjadi 0,45 kali dari sebelumnya 0,54 kali.

Sementara itu, hingga Desember 2022, Indonesia memiliki 127,8 pengguna seluler per 100 penduduk. Dengan lebih banyak dari populasi 275 juta orang per September 2022, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah India (1,42 miliar), Cina (1,41 miliar), dan AS (333 juta).

Oleh karena itu, kata dia, potensi pasar yang sangat besar ini berhasil menarik beberapa perusahaan penyedia menara telekomunikasi besar untuk berinvestasi agar memperkuat pangsa pasar di segmen ini.