Emiten investasi milik Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk membagikan dividen tunai sebesar Rp 1 triliun atau sekitar Rp 75 per saham. Besaran itu setara 21,9% dari laba bersih tahun 2022 senilai Rp 4,6 triliun.
"Kami membagikan dividen totalnya Rp 1 triliun atau senilai Rp 75 per saham. Ini adalah peningkatan dari dividen yang kita bagikan tahun sebelumnya sekitar Rp 810 miliar atau Rp 60 per saham," kata Investor Relations Saratoga PT Investama Sedaya Tbk Ryan Sual dalam paparan publik perseroan, Senin (15/5).
Emiten dengan kode saham SRTG ini juga akan melakukan pembelian kembali atau buyback saham perusahaan dengan anggaran Rp 150 miliar selama periode 15 Mei 2023 hingga 30 Juni 2024.
Direktur Keuangan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Lany D Wong mengatakan, pertumbuhan investasi Saratoga tercermin dari kenaikan net asset value (NAV) perusahaan sebesar 8% menjadi Rp 60,9 triliun. Perusahaan juga berhasil mencatat pendapatan dividen terbesar sepanjang sejarah Saratoga yaitu senilai Rp 2,6 triliun.
“Komitmen kami adalah terus meningkatkan nilai portofolio Saratoga dengan mengoptimalkan setiap peluang investasi melalui strategi yang terukur, disiplin dan penuh kehati-hatian,” kata Lany.
Pada tahun 2022 perusahaan-perusahaan portofolio investasi Saratoga mampu memberikan kontribusi yang maksimal terhadap penguatan fundamental perusahaan melalui pencapaian kinerja yang positif dan peningkatan jumlah pembagian dividen.
"Dengan dukungan arus kas yang kuat, tahun lalu Saratoga memangkas posisi utang lebih dari 60%, sehingga posisi utang bersih perusahaan menjadi Rp 688 miliar," katanya.
Direktur Investasi PT Saratoga Investama Sedaya Tbk Devin Wirawan menjelaskan, hasil RUPS juga telah menyetujui pelaksanaan program buyback saham Saratoga. Secara fundamental, katanya, investasi di perusahaan portofolio memiliki rekam jejak yang solid, baik dari aspek nilai portofolio maupun pendapatan dividen.
"Hal ini terbukti dari NAV Saratoga yang sudah mencapai Rp 60,9 triliun pada tahun 2022, di mana sebelumnya baru sebesar Rp 15,7 triliun di tahun 2018,” kata Devin.
Lalu pemegang saham juga menyetujui sejumlah agenda. Diantaranya adalah persetujuan atas laporan tahunan tahun buku 2022 dan pengesahan laporan keuangan yang berakhir pada 31 Desember 2022. Seluruh direksi dan dewan komisaris mendapatkan pembebasan tanggung jawab untuk periode tersebut.
Pemegang saham melalui RUPSLB juga menyetujui penggunaan saham treasury perseroan untuk program insentif jangka panjang karyawan.