Emiten menara telekokuminasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap I tahun 2023, senilai Rp 20 triliun. Total raihan dana dari penerbitan obligasi TBIG VI Tahap I sebesar Rp 1,5 triliun.
Dari total tersebut, terdiri dari Rp 1,0 triliun pada tingkat bunga tetap 5,90% untuk tenor 370 hari dan Rp 500 miliar pada tingkat bunga tetap 6,25% untuk tenor 3 tahun. Obligasi TBIG VI Tahap I telah dicatatkan di BEI pada 12 Juli 2023 lalu.
Dengan penerbitan obligasi ini, CFO TBIG Helmy Yusman Santoso berharap perusahaan dapat mengakses pasar obligasi rupiah melalui program baru Rp 20 triliun yang berlaku hingga Juli 2023.
"Kami senang dengan harga yang kompetitif untuk penerbitan Tahap I, yang mencerminkan rendahnya risiko kredit dalam bisnis kami,” kata Yusman, dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (14/7).
Oligasi TBIG VI tahap I merupakan setara kewajiban senior tanpa jaminan khusus dari TBIG dan memiliki pembayaran bunga setiap kuartal.
Penggunaan dana dari penawaran ini, setelah dikurangi biaya penerbitan, akan digunakan untuk pembayaran sebagian kewajiban finansial dari entitas anak perseroan. Khususnya fasilitas pinjaman revolving US$ 325 juta dari fasilitas kredit yang ada.
Per 31 Maret 2023, total pinjaman kotor perseroan, jika bagian pinjaman dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, sebesar Rp 26,511 triliun.
Sementara, pinjaman senior atau gross senior debt senilai Rp 3,33 triliun. Dengan saldo kas yang mencapai Rp 586 miliar, maka total pinjaman bersih atau net debt menjadi Rp 25,92 triliun. Lalu total pinjaman senior bersih atau net senior debt perseroan menjadi Rp 2,74 triliun. Menggunakan EBITDA kuartal pertama 2023 yang disetahunkan, rasio pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,6 kali.
Dari data perdagangan sampai dengan pukul 11.05 WIB harga saham TBIG naik 1,03% ke level Rp 1.960 per saham dari harga penutupan, yakni Rp 1.940. Dari awal perdagangan sahamnya sempat bergerak datar, walaupun setelahnya melesat di level Rp 1.965 per saham sebagai level paling tinggi.
Volume saham PTBA yang diperdagangkan tercatat 516,9 ribu dengan nilai transaksi Rp 1,01 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 281 kali. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 44,52 triliun.