5 Broker Ramal Laba Mitratel Tembus Rp 2 Triliun, Berikut Penopangnya

mitratel.co.id
PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel)
Penulis: Syahrizal Sidik
2/8/2023, 18.50 WIB

Emiten menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel diperkirakan dapat mengantongi laba bersih melebihi Rp 2 triliun pada akhir tahun ini. 

Sejumlah perusahaan sekuritas menilai, proyeksi laba tersebut sejalan dengan kinerja keuangan MTEL di semester pertama yang meraup laba Rp 1,02 triliun atau naik 14,7% secara tahunan.

Riset terbaru Morgan Stanley memproyeksikan anak usaha Telkom Indonesia ini dapat mengantongi laba bersih Rp 2,05 triliun atau tumbuh 15% yoy di akhir Desember ini. Trimegah Sekuritas selaku broker lokal juga memproyeksi laba bersih Mitratel dapat mencapai Rp 2,05 triliun.

Sedangkan, IndoPremier Sekuritas dan CGS-CIMB Sekuritas masing-masing melihat laba bersih MTEL dapat mencapai Rp 2,11  triliun dan Rp 2,13 triliun atau tumbuh 17-18% dari tahun lalu.

BCA Sekuritas memprediksi laba bersih MTEL tahun ini bakal mencapai Rp 2,09 triliun. Kelima perusahaan sekuritas itu memprediksi kinerja keuangan Mitratel berpotensi tumbuh lebih dari 10% tahun ini.

Pencapaian laba bersih Mitratel pada paruh pertama 2023 itu terutama ditopang oleh kenaikan pendapatan dan efisiensi operasional yang membuat beban perseroan tumbuh lebih rendah dari pendapatan.

Pendapatan MTEL naik 10,8% yoy mencapai Rp 4,1 triliun, terutama disebabkan adanya tambahan tenant selama tahun 2023 ini sebanyak 2.712 tenant. Alhasil, kontribusi pendapatan dari segmen bisnis menara mencapai 84% dari total pendapatan. 

Sementara itu dari sisi kinerja operasional, perolehan laba sebelum pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA perseroan tercatat Rp 3,4 triliun per semester I 2023 atau naik 16,1% dari periode sama tahun sebelumnya.

Kenaikan EBITDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan mengimplikasikan perbaikan marjin. Pada semester I-2023, marjin EBITDA MTEL tercatat 81,2% atau naik 3,68 poin persentase (pp) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 77,5%.

Tantangan Monetisasi Aset

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan pencapaian kinerja semester I-2023 merupakan hasil dari ekspansi yang digelar beberapa tahun terakhir.

Sejak sebelum IPO pada November 2021, perseroan mengakuisisi ribuan menara, memperluas jaringan fiber optik dan meningkatkan bisnis pendukung. Ekspansi ini dilakukan serentak terutama di luar Pulau Jawa.

“Kami melakukan ekspansi sejalan dengan pergerakan pelaku industri operator telekomunikasi yang agresif bergerak ke luar Jawa,” kata Teddy, saat temu media di Jakarta. 

Permintaan di luar Jawa akan terus meningkat, dipacu oleh pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. “Sekarang kami menikmati musim panen dari strategi yang kami lakukan sebelumnya.”

Tantangan pelaku industri menara ke depan adalah kemampuan monetisasi aset dan memberikan nilai tambah bagi pelanggan. Dari sinilah perseroan dapat meningkatkan pendapatan dengan beban biaya relatif lebih rendah karena mengoptimalkan potensi aset eksisting.

Teddy mengaku banyak menuai pertanyaan dari investor perihal daya tumbuh perusahaan di tengah jumlah penguasaan menara dan serat optik saat ini. Ia menyatakan, ruang pertumbuhan masih terbuka lebar.

“Fokus kami saat ini adalah monetisasi bisnis, optimalisasi aset dan meningkatkan kualitas pelayanan. Ini akan menjadi titik baru pertumbuhan bisnis Mitratel,” katanya.

MTEL bisa mendulang pendapatan baru dari menara eksisting dengan menambah produk layanan. Hal yang sama juga terjadi pada bisnis serat optik. “Monetisasi ini akan terus berlanjut ke peluang bisnis lain, terutama ketika permintaan pelanggan terhadap layanan 5G terus meningkat,” ujarnya.

Pada perdagangan Rabu ini, harga saham Mitratel tercatat naik 1,50% ke level Rp 675 setiap saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 56,38 triliun. Sejak awal tahun, saham MTEL masih terkoreksi 15,63%.