Taipan Prajogo Pangestu lagi-lagi memborong saham PT Barito Pacific Tbk. Prajogo merupakan pengendali emiten dengan kode saham BRPT tersebut.
Transaksi dilakukan pada 5 September 2023 dengan pembelian sebanyak 2 juta di harga Rp 1.136 per saham. Kemudian 6 September 2023, dilakukan pembelian lagi yang lebih besar sebanyak 2,6 juta di harga Rp 1.169 per saham.
Dari dua transaksi sebanyak 4,6 juta saham itu, pria kelahiran Sambas, Kalimantan Barat, pada tahun 1944 itu merogoh kocek hingga Rp 5,3 miliar.
Aksi borong saham terjadi sesaat sebelum PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) anak usaha Barito Pacific mempublikasikan prospektus penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham pada Jumat (15/9).
Perusahaan yang bergerak di bisnis energi baru terbarukan tersebut berencana melantai di BEI pada 6 Oktober 2023 mendatang. Perusahaan akan menerbitkan sebanyak-banyaknya 4,50 miliar saham baru atau setara 3,35%. Dengan harga penawaran awal di Rp 670-780 maka berpotensi meraup dana Rp 3,51 triliun.
Sesudah transaksi, kepemilikan saham orang terkaya nomor empat di Indonesia tersebut menjadi sebanyak 66,73 miliar saham BRPT atau setara 71,179%. Sebelumnya jumlah yang dimiliki adalah 66,72 miliar saham atau 71,173%.
"Tujuan dari transaksi adalah investasi dan status kepemilikan saham langsung,” ucap Direktur dan Sekretaris Perusahaan Barito Pacific David Kosasih dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Senin (18/9).
Dalam setahun terakhir ini, Prajogo Pangestu tercatat sangat aktif mengakumulasi saham di perusahaan miliknya tersebut. Sebut saja pada bulan Maret, Mei, kemudian Agustus.
Pada perdagangan 15 September, saham BRPT ditutup melesat 10,94% ke Rp 1.420. Jika dihitung maka per penutupan 15 September, nilai kepemilikan Prajogo Pangestu mencapai Rp 94,75 triliun.
Adapun sejak tanggal 6 September hingga 15 September, saham BRPT melambung 21,88%. Sementara secara tahun berjalan saham BRPT sudah melonjak sebanyak 655 poin atau 85,62%.
Melihat laporan keuangan BRPT, pendapatan perseroan pada enam bulan pertama 2023 tercatat US$ 1,37 miliar. Angka tersebut turun 14,91% dari periode yang sama tahun lalu US$ 1,61 miliar.
Namun dari segi laba, emiten petrokimia dan energi tersebut membukukan peningkatan laba 166,7% menjadi US$ 81,6 juta sepanjang semester pertama 2023. Pada enam bulan pertama 2022, tercatat laba US$ 30,6 juta.