Salah satu instrumen investasi yang semakin diminati adalah obligasi pemerintah. Melansir dari kanal youtube Katadata Indonesia, Mr.Cuan mengatakan, obligasi menarik untuk dijadikan pilihan investasi saat ini. Sebab obligasi memiliki imbal hasil yang stabil dengan risiko yang relatif rendah.
“Menurut saya risikonya paling rendah karena pembayaran pokok dan bunganya dijamin APBN,” kata Mr.Cuan dikutip Senin (27/11).
Obligasi merupakan surat pengakuan utang dari pemerintah kepada investor baik diterbitkan oleh pemerintah dan korporasi swasta, baik itu korporasi swasta maupun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Selain itu, jenis obligasi ini beragam, mulai dari Obligasi Ritel Indonesia (ORI), Sukuk Ritel (SR), Sukuk Tabungan, Obligasi Fixed Rate (FR), hingga Obligasi Negara Indonesia (INDON). Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Jangka waktu pengembalian pokoknya pun bervariasi, tergantung jenisnya.
Mr.Cuan menyampaikan, imbal hasil dari investasi obligasi dapat diperoleh melalui kupon yang dibayarkan secara bulanan atau setiap enam bulan. Selain itu, tingkat kupon yang tetap atau berubah-ubah tergantung pada jenis obligasinya.
Selain kupon, salah satu potensi keuntungan dari investasi obligasi adalah melalui capital gain, yaitu keuntungan yang bisa didapat dengan menjual obligasi di pasar sekunder saat harganya naik. Harga obligasi dipengaruhi oleh suku bunga Bank Indonesia, yang jika turun, biasanya akan membuat harga obligasi naik, dan sebaliknya.
Saat ini tingkat imbal hasil untuk obligasi dalam mata uang rupiah berada di kisaran 5,5% hingga 7%, Namun, Mr.Cuan menyebut angka ini bisa berubah-ubah tergantung pada faktor-faktor ekonomi yang ada.
Waktu saat ini dianggap tepat untuk membeli obligasi karena suku bunga Bank Indonesia sedang berada pada tingkat yang cukup signifikan, yakni sekitar 6%. Kenaikan suku bunga ini bisa menyebabkan harga obligasi turun di pasar sekunder. Namun, ada harapan bahwa dalam jangka waktu 1-2 tahun ke depan, inflasi akan membaik dan suku bunga global akan turun. Hal ini berpotensi membuat harga obligasi naik.
Meskipun imbal hasil dari obligasi tidak sebesar imbal hasil dari investasi saham, namun tingkat risikonya berbeda. Prinsip risk and reward berjalan beriringan dan tidak dapat terbalik-balik masih berlaku. Jika dibandingkan dengan deposito, Mr.Cuan mengatakan imbal hasil dari obligasi biasanya lebih besar.
Misalnya pada Oktober 2023, pemerintah menerbitkan ORI 24 dengan tenor tiga tahun dan enam tahun. ORI 24 dengan tenor tiga tahun memiliki kupon sebesar 6,1% per tahun, sementara ORI 24 dengan tenor enam tahun memiliki kupon sebesar 6,35% per tahun. Dengan demikian, apabila membeli ORI 24 dengan tenor tiga tahun sejumlah Rp 10 juta, investor bisa mendapatkan sekitar Rp 610.000 per tahun sebelum dipotong pajak sebesar 10%.
“Itu keuntungannya obligasi bisa kamu dapatkan dari capital gain. Enaknya obligasi bisa jual di pasar sekunder,” kata Mr.Cuan.
Mr.Cuan juga menegaskan bahwa menjual obligasi saat harganya sedang turun bukanlah pilihan yang menguntungkan. Sebaliknya disarankan untuk memegang obligasi hingga jatuh tempo agar dapat menerima pembayaran kupon secara rutin. Dengan demikian, akan tetap mendapatkan imbal hasil berkala.