Griptha Putra Persada Tetapkan Harga IPO Rp 103 per Saham

ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN
Karyawan melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Bursa Efek Indonesia. PT Griptha Putra Persada Tbk akan melantai di BEI pada 18 Januari 2024 dengan menetapkan harga IPO Rp 103 per lembarnya.
12/1/2024, 14.59 WIB

Perusahaan pengelola hotel asal Kudus, Jawa Tengah, PT Griptha Putra Persada Tbk menetapkan harga penawaran umum atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 103 per saham dari rentang di kisaran Rp 100 - 105 per lembar. Perusahaan dijadwalkan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 18 Januari 2024 mendatang.

Masa penawaran umum akan berlangsung hingga 16 Januari 2024 mendatang. Dalam IPO ini, perseroan menawarkan sebanyak 200 juta saham atau 20% dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga yang ditetapkan, perusahaan yang akan dicatatkan dengan kode efek GRPH ini berpotensi meraup dana segar sebesar Rp 20,60 miliar. Pada aksi korporasi ini, PT Elit Sukses Sekuritas bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek.

Direktur Utama PT Elit Sukses Sekuritas, Effendy Irawan mengatakan harga penawaran untuk saham ini ditentukan berdasarkan hasil kesepakatan dan negosiasi pemegang saham, Griptha Putra Persada, dan penjamin pelaksan emiisi efek.

“Dengan mempertimbangkan jumlah permintaan terbanyak yang diterima oleh penjamin pelaksana emisi efek selama masa penawaran awal, maka berdasarkan kesepakatan  ditetapkan harga penawaran Rp 103 dan dengan mempertimbangkan sejumlah faktor,” kata Effendy melalui siaran pers, Jumat (12/1).

Menurut Effendy, faktor tersebut yakni kondisi pasar pada saat bookbuilding dilakukan dengan mempertimbangkan rasio-rasio perusahaan sejenis yang telah tercatat di BEI. Namun tidak terbatas pada Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). 

“Selain itu tentunya juga hasil bookbuilding mencatatkan kondisi kelebihan permintaan atau oversubscribe sebesar 2,25 kali,” ujarnya.

Bersamaan dengan hal itu, perseroan juga akan mencatatkan seluruh saham biasa atas nama pemegang saham sebelum PO sebanyak 800  juta saham. Hal itu terdiri atas PT Mulia Jaya Palma sejumlah 796 juta lembar saham dan Samuel Jeffrey Christiawan Soegeng sejumlah 4 juta saham. Dengan demikian, jumlah saham yang akan dicatatkan di BEI sebanyak Rp 1 miliar saham atau sejumlah 100% dari jumlah modal  ditempatkan atau disetor penuh sesudah IPO.

Seluruh dana hasil IPO, akan digunakan untuk peningkatan sarana hotel sebesar 48,76%. Secara rinci, sekitar 77,45% akan digunakan untuk pembelian perlengkapan kamar hotel yang meliputi namun tidak terbatas pada pembelian kasur, lemari, dipan, head bed, meja, bangku, gordyn, lampu meja, karpet dan perlengkapan kamar lainnya.  

Kemudian, sebesar 9,84% akan digunakan untuk pembelian perlengkapan ruang meeting, pembelian alat-alat kebugaran sebanyak 6,32%, pembelian satu kendaraan roda empat berjenis MPV (Multi Purpose Vehicle) guna fasilitas pengantaran tamu hotel 5,65%, serta sebesar 0,74% akan digunakan untuk pembelian peralatan dapur, antara lain untuk pembelian chiller dan freezer.

Tak hanya itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk pembuatan empat gerai beserta pembelian peralatan dan perabotan gerai restoran cepat saji perseroan dengan nama The Flamexpress sebesar 4,13%.

Secara rinci, pembelian perlengkapan dapur sebanyak 54,99%. Lalu, untuk instalasi listrik dan bangunan gerai sekitar 20,85%, serta sekitar 3,36% akan digunakan untuk biaya sewa empat lokasi gerai baru The Flamexpress selama jangka waktu satu tahun. 

Terakhir, sisa dana tersebut akan digunakan untuk modal kerja untuk mendukung kegiatan usaha, termasuk namun tidak terbatas pada pembelian persediaan hotel, pembelian bahan baku restoran, pembayaran gaji karyawan, dan biaya Listrik.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022, laba sebelum pajak penghasilan dari GRPH meningkat sebesar Rp 1,91 miliar atau 1.153% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp 165,98 juta. Kenaikan ini utamanya dipicu oleh peningkatan laba usaha sebesar Rp 2,41 miliar dan disertai dengan peningkatan beban bunga keuangan.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila