PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp 20,9 triliun sepanjang 2023. Labanya tumbuh 14,2% secara tahunan atau year on year (yoy), sedikit di bawah ekspektasi konsensus yang memperkirakan laba bersih 2023 di level Rp 21,2 triliun.
Net interest income (NII) atau pendapatan bunga bersih turun tipis 0,1% yoy menjadi Rp 41,3 triliun. Adapun pertumbuhan laba bersih didorong oleh penurunan beban provisi sebesar 20,1% yoy menjadi Rp 9,2 triliun.
Di sisi lain pada kuartal empat 2023, laba bersih BBNI tercatat turun 5,4% kuartal per kuartal (QoQ) menjadi Rp 5,2 triliun. Hal ini ditekan penurunan NII 3,8% QoQ dan kenaikan beban provisi 13,1% QoQ.
Sementara dari segi operasional, kredit disalurkan BBNI selama 2023 tumbuh 7,6% yoy. Capaian ini sejalan dengan panduan manajemen di kisaran 7% sampai dengan 9%. Dana pihak ketiga (DPK) meningkat 5,4% secara tahunan menjadi Rp 811 triliun.
Sehingga rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) naik ke level 85,8% jika dibandingkan pada 2022 yakni 84,2%. Pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan current account saving account atau CASA sebesar 3,6% yoy, serta deposito meningkat 10,1% yoy.
Investment Analyst Lead Stockbit Rahmanto Tyas Raharja mengatakan, NII turun akibat lonjakan beban bunga sebesar 51,4% yoy imbas kenaikan cost of fund atau biaya dana ke level 2,2%, jika dibandingkan 2022 yakni 1,5%. Sehingga menutup kenaikan pendapatan bunga 12,5% yoy. Hal ini membuat net interest margin (NIM) turun menjadi 4,6%, dibanding tahun 2022 yakni 4,8%.
"Ke depannya, kami melihat bahwa potensi penurunan suku bunga pada 2024 dapat menjadi sentimen positif untuk menurunkan beban bunga," katanya dalam riset resminya, Jumat (26/1).
Namun, posisi likuiditas atau LDR BNI yang tergolong telah tinggi yakni 85,8% membuat potensi pertumbuhan kredit pada 2024 akan menjadi lebih terbatas. Manajemen BBNI sendiri menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 9% sampai 11% pada 2024.
"Ini lebih rendah dari target pertumbuhan kredit industri perbankan pada 2024 yang ditargetkan tumbuh sebesar 10% sampai 12% oleh Bank Indonesia," sebutnya.