Operator Telekomunikasi Pacu Ekspansi, Emiten Menara Bakal Dulang Cuan

Telkom
Ilustrasi menara telekomunikasi
Penulis: Syahrizal Sidik
13/3/2024, 14.51 WIB

Sejumlah operator telekomunikasi di Indonesia melaporkan pertumbuhan kinerja pada tahun buku 2023 dibandingkan sebelumnya. Indikator tersebut terlihat dari kenaikan pendapatan dan perolehan laba bersih. Salah satu pendorong kinerja tersebut ialah ekspansi jaringan dan konektivitas ke pasar luar Jawa. 

Berdasarkan laporan tahunan 2023, PT Indosat Tbk (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison membukukan pendapatan Rp 51,23 triliun, naik 10% dari tahun sebelumnya (year on year/YoY) Rp 46,75 triliun. Sedangkan laba bersih sebesar Rp 4,72 triliun, turun 4,6% kendati positif dalam 3 tahun beruntun.

PT XL Axiata Tbk (EXCL) juga meraih pendapatan naik 11% menjadi Rp 32,32 triliun dari pendapatan tahun sebelumnya Rp 29,14 triliun, EBITDA naik 12% YoY menjadi Rp 15,89 triliun, EBITDA margin juga tumbuh menjadi 49,1%, dan laba bersih naik 14% menjadi Rp 1,27 triliun dari sebelumnya Rp 1,11 triliun.

Sementara itu, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) belum melaporkan kinerja tahunan 2023. Per September 2023 atau 9 bulan, pendapatan Telkom tembus Rp 111,24 triliun atau naik 2,2% YoY dari sebelumnya Rp 108,87 triliun, EBITDA Rp 59,1 triliun dengan EBITDA margin 52,1%, dan laba bersih naik 17,6% menjadi Rp 19,50 triliun dari sebelumnya Rp 16,58 triliun.

Manajemen tiga emiten operator telko itu menyatakan ekspansi ke wilayah luar Jawa mampu memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan bisnis perusahaan. Indosat misalnya, merogoh belanja modal (capex) hingga Rp 12,78 triliun, naik 6,4% YoY dari capex tahun sebelumnya Rp 12,01 triliun untuk ekspansi ini.

“Sebagian besar belanja modal digunakan untuk pengembangan bisnis selular serta perluasan jangkauan jaringan hingga ke daerah perdesaan dan terpencil,” tulis Info Memo Indosat, dikutip Selasa (12/3).

"Kami ingin memastikan kami memiliki jaringan yang baik. Kami juga berupaya melakukan hal yang sama di Maluku, bahkan Papua, dan ada lebih banyak lagi,” kata Presiden Direktur Indosat Ooredoo Hutchison Vikram Sinha saat Paparan Kinerja 2023 ISAT secara virtual, Rabu (7/2) lalu.

XL Axiata juga mengincar pasar luar Jawa. CEO EXCL Dian Siswarini mengatakan jaringan di luar Jawa berperan penting demi menentukan pangsa pasar perseroan. Menariknya, rerata pendapatan per pengguna (Average Revenue Per Unit/APRU) di luar Jawa pun masih lebih tinggi.

“Di 2023 average revenue gross XL Axiata di Jawa mencapai 9%, tapi kalau di luar Jawa pertumbuhannya double digit dari belasan hingga di atas 20%," kata Dian. Pada tahun ini, Fokus XL akan memperluas ekspansinya di Kalimantan dan Sulawesi.

XL menyiapkan alokasi capex Rp 8 triliun untuk ekspansi tahun ini, sama dengan nominal tahun lalu, sedangkan per September 2023, Telkom sudah menggelontorkan dana capex mencapai Rp 22,1 triliun atau 19,9% dari total pendapatan. 

“Belanja modal Telkom fokus untuk pengembangan infrastruktur jaringan telekomunikasi. Pada fixed broadband, belanja modal digunakan untuk pengembangan akses fiber optik, infrastruktur kabel laut, dan proyek lain seperti menara telko dan data center,” tulis keterangan resmi TLKM.

Berkah Emiten Menara

Ekspansi operator telekomunikasi di luar Jawa dinilai akan berimbas positif pada emiten menara, terutama tiga pemain besar yakni PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel dari Grup Telkom, PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dari Grup Djarum, dan emiten Grup Saratoga, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Untuk kinerja tahun lalu,  baru MTEL yang baru merilis laporan keuangan dengan membukukan kenaikan laba bersih 12,6% menjadi Rp 2,01 triliun dari laba tahun sebelumnya Rp 1,79 triliun dan pendapatan naik 11,2% YoY menjadi Rp 8,59 triliun dari sebelumnya Rp 7,73 triliun.

Riset teranyar Trimegah Sekuritas Indonesia menilai pendorong kinerja MTEL lantaran strategi akuisisi anorganik yang secara sistematis memperluas portofolio menara dan meningkatkan rasio sewa (tenancy ratio), termasuk di luar Jawa.

“MTEL proaktif menambah aset serat optik guna memperluas jangkauan, ini bertujuan meningkatkan pendapatan dan menaikkan margin. Kami menilai MTEL akan terus memperluas menara dan fiber optik secara anorganik,” tulis Trimegah. 

Head of Research Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus menilai ekspansi operator selular, khususnya ISAT, ke luar Jawa juga menjadi katalis positif bagi MTEL. “Kami mengantisipasi komitmen ISAT untuk terus ekspansi ke luar Jawa dapat berdampak positif bagi emiten menara seperti MTEL, mengingat eksposurnya dominan luar Jawa sebesar 58%,” tulis Willinoy. Trimegah menilai eksposur di luar Jawa itu lebih tinggi dari TOWR dan TBIG yang masing-masing di bawah 50%.

Sementara itu, BRI Danareksa Sekuritas pun melihat tren ekspansi operator telko ke luar Jawa akan menguntungkan bagi emiten menara telko, terutama bagi MTEL. Alasannya ada tiga, pertama, MTEL memiliki rasio sewa terendah (1,5 kali), dibanding TBIG (1,87 kali) dan TOWR 1,81 kali) sehingga menghasilkan kolokasi yang tinggi. Kolokasi adalah layanan di mana operator menyewa menara yang memang dimiliki perusahaan menara.

Posisi net debt dan leverage levels tiga emiten menara terbesar di BEI. (BRIDS)

Kedua, MTEL memiliki tingkat leverage atau rasio kesehatan perusahaan yang jauh lebih rendah dari pesaingnya, jadi ruang akuisisi aset bisa lebih besar sehingga dapat mencapai pertumbuhan dua digit–dan itu terealisasi dengan pendapatan dan laba yang naik dua digit di 2023.

“Ketiga, operator telko di Jawa termotivasi melakukan merger dan akuisisi demi meredam ketatnya persaingan dan tumpang tindih jaringan, sehingga mereka dapat mengalokasikan sumber daya mereka ke pulau luar Jawa di mana MTEL punya keunggulan komparatif dalam sewa kolokasi,” kata Niko.

BRIDS menyematkan outlook ‘overweight’ untuk sektor menara telko atau potensi naik dibanding sektor lain, dengan rekomendasi beli yakni saham MTEL, dengan target harga Rp 960/saham, sedangkan target harga TBIG Rp 3.200/saham dan TOWR Rp 1.300/saham.