PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) membukukan kerugian bersih Rp 41,96 miliar pada kuartal pertama 2024. Kerugian itu menyusut 96% dari periode yang sama pada tiga bulan pertama tahun sebelumnya Rp 1 triliun pada 2023.
Berdasarkan laporan keuangan BUKA per 31 Maret 2024, perusahaan mengantongi pendapatan sebesar Rp 1,16 triliun atau tumbuh 16,18% dari sebelumya membukukan Rp 1 triliun pada periode yang sama di 2023.
Secara rinci, pendapatan bersih dari segmen online to offline BUKA berkontribusi sebesar Rp 638,46 miliar atau tumbuh 31,79% secara tahunan. Tak hanya itu, pendapatan dari segmen marketplace naik 3% menjadi Rp 530,32 miliar.
Presiden Bukalapak, Teddy Oetomo, mengatakan untuk pertama kalinya perusahaan meraih keuntungan berbasis EBITDA yang disesuaikan pada kuartal I 2024. Hasil ini dipicu melalui pertumbuhan pendapatan, take rate yang terus meningkat, terutama di segmen Online to Offline (O2O) serta upaya pengendalian biaya operasional yang efektif.
Secara keseluruhan, margin kontribusi BUKA dihitung sebagai laba kotor setelah biaya penjualan dan pemasaran, meningkat dari Rp 104 miliar di kuartal I 2023 ke Rp 124 miliar di kuartal I 2024. Margin kontribusi oleh segmen O2O sebagai persentase dari TPV naik 23 basis poin dari -0,10% dan kembali membawa angka positif untuk kedua kalinya sebesar 0,13% di kuartal I 2024.
Tak hanya itu, Teddy mengatakan pertumbuhan segmen O2O yang positif tersebut didorong oleh optimalisasi dari portofolio produk yang ditawarkan dan peningkatan ragam layanan dengan cakupan lebih luas untuk Mitra.
Sebanyak 64% dari Total Processing Value (TPV) berasal dari luar wilayah Tier 1 di Indonesia. Dengan demikian, BUKA terus melihat pertumbuhan kuat dalam semua penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi di antara toko ritel mikro offline.
“Segmen O2O sendiri mewakili 55% pendapatan BUKA di kuartal pertama,” ucap Teddy dalam keterangannya, dikutip Selasa (30/4).