PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mencatatkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1 triliun per Juni 2024. Angka tersebut turun 2,7% jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,03 triliun pada 2023.
Sejalan dengan turunnya laba, pendapatan perusahaan juga turun 6,1% menjadi Rp 18,65 triliun sepanjang enam bulan pertama tahun ini. Padahal, sebelumnya perusahaan mampu memperoleh pendapatan Rp 19,85 triliun pada periode yang sama di 2023.
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo menjelaskan, penyebab penurunan pendapatan karena perlambatan ekonomi, seperti normalisasi harga jual rata-rata dan kondisi cuaca yang memengaruhi operasional konsumen.
"Normalisasi harga juga terjadi pada segmen bahan kimia secara umum. Perseroan berekspektasi kondisi ini akan membaik pada semester II tahun 2024," kata Haryanto dalam keterangan resmi, Kamis (25/7).
Untuk itu, perseroan menerapkan model bisnis formula based price dengan Mean of Plats Singapore (MOPS) sebagai acuan di mana Perseroan melakukan passthrough harga produk ke konsumen sehingga dapat mengelola risiko harga dan biaya.
Segmen Kawasan Industri
Tercatat segmen kawasan industri menghasilkan pendapatan dari penjualan lahan Rp 509 miliar atau naik 5,6%yoy. Pendapatan dari utilitas turut meningkat 92% yoy menjadi Rp 75 miliar seiring peningkatan operasional tenant JIIPE yang mendorong permintaan pada utilitas seperti listrik, air dan lainnya.
Secara total, pendapatan dari segmen kawasan industri meningkat 10% mencapai Rp 673 miliar pada semester I 2024. Sedangkan pendapatan dari kawasan Pelabuhan JIIPE mencapai Rp 174 miliar dan menghasilkan kontribusi bagi laba perusahaan sebesar Rp 31 miliar.
Pendapatan dari segmen kawasan industri naik 9,7% yoy menjadi Rp 673 miliar didorong oleh penjualan lahan sebesar 18 Ha dan pertumbuhan pendapatan recurring income yaitu utilitas sebesar 91,8% yoy menjadi Rp 75 miliar.
Bahkan, kontribusi segmen kawasan industri terhadap laba bruto konsolidasi perusahaan menjadi 22%. Laba bruto penjualan lahan Industri, pendapatan sewa dan utilitas mencapai Rp 353 miliar atau bertumbuh 8,9% yoy pada semester I 2024.
Haryanto menekankan bahwa neraca perusahaan tetap sehat meski menghadapi tantangan ekonomi global. Hal ini tercermin dari Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE) masing-masing terjaga di angka 18% dan 7%.
Perusahaan di bidang perdagangan dan distribusi BBM dan bahan kimia dasar ini berhasil mempertahankan tingkat net gearing dalam posisi rendah yaitu 0,00 kali. Dengan realisasi kinerja tersebut, perusahaan tetap optimistis dengan prospek bisnis ke depan.
“Dengan melihat negosiasi yang kami terima selama semester I 2024 ini, kami berekspektasi pemesanan dan penjualan lahan akan semakin membaik di semester kedua 2024 ini,” kata Haryanto.
Ha itu didorong mega proyek Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) yang semakin menarik minat investor domestik dan internasional. Terutama setelah JIIPE Gresik dianugerahi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industri Terbaik oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada 18 Juli 2024.
Pendapatan Kontrak dengan Pelanggan
Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang diterbitkan di Bursa Efek Indonesia (BEI), pendapatan dari kontrak dengan pelanggan dengan sebesar Rp 18,51 triliun. Angka ini turun 6,1% dibandingkan periode yang sama tahun 2023 Rp 19,71 triliun.
Secara rinci, perolehan kontrak dengan pelanggan terbesar, yaitu pendapatan perdagangan dan distribusi bahan bakar minyak atau BBM dari pihak ketiga Rp 13,96 triliun per Juni 2024. Namun nilai tersebut turun 6,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 14,99 triliun.
Selain itu, perusahaan juga memperoleh pendapatan dari perdagangan serta distribusi kimia dasar senilai Rp 3,19 triliun pada semester I 2024. Diikuti pendapatan dari penjualan tanah kawasan industri sebesar Rp 509,05 miliar. Nilai tersebut naik 5,6% jika dibandingkan sebelumnya Rp 481,92 miliar.
Namun perusahaan mencatatkan beban pokok penjualan dan pendapatan sebesar Rp 17,06 triliun. Nilai beban pokok penjualan dan pendapatan ini turun 5,4% dari sebelumnya Rp 18,04 triliun pada 2023. Beban terbanyak dari beban pokok pendapatan kimia dasar dan BBM senilai Rp 15,73 triliun.
Di sisi lain, total ekuitas AKR Corporindo mencapai Rp 14,21 triliun, atau naik 1,2% dari Desember 2023 sebesar Rp 14,04 triliun. Sementara total liabilitas turun 11,9% menjadi Rp 14,28 triliun. Aset juga turun 5,8% menjadi Rp 28,49 triliun dari sebelumnya Rp 30,25 triliun.