Pandemi virus corona Covid-19 diperkirakan bakal terus menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan jika kondisi pandemi ini terus memburuk, perekonomian bisa mengalami kontraksi atau tumbuh negatif.
"PDB saat ini kita estimasi dalam kondisi berat. Baseline kita di 5,3% akan mengalami tekanan, turun pertumbuhannya sampai di level 2,3%. Bahkan di situasi sangat berat mungkin juga menurun sampai negative growth," kata Menteri Keuangan usai mengikuti Sidang Kabinet Paripurna melalui video conference, Selasa (14/4).
Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi paling merosot akan terjadi pada kuartal kedua 2020. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan melambat hingga hanya sebesar 0,3%, bahkan berpotensi terkontraksi atau minus 2,6%.
Pada kuartal ketiga 2020 akan ada pemulihan pertumbuhan ekonomi menjadi 1,5% hingga 2,8%. "Kalau kita kondisinya akan berat cukup panjang kemungkinan akan terjadi resesi di mana dua kuartal berturut-turut Indonesia PDB-nya bisa negatif. Ini yang sedang kita upayakan untuk tidak terjadi," kata Sri Mulyani.
(Baca: Jokowi: Pertumbuhan Ekonomi akan Turun Cukup Tajam akibat Corona)
Selain itu Sri Mulyani menyebut penerimaan negara akan turun hingga 10%. Selain karena adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi, penerimaan negara turun karena pemerintah memberikan berbagai insentif perpajakan.
Sementara itu, belanja negara diperkirakan naik sekitar 3%. "Defisit kita diperkirakan akan meningkat di sekitar 5%," ujar Menkeu.
Tak hanya masalah ekonomi, dia menyebutkan bahwa wabah corona akan berdampak pula pada bidang sosial dan pembangunan Indonesia. "Akan ada tambahan 1,1 juta orang miskin akibat wabah corona," ujarnya.
Dalam skenario yang lebih berat, Sri Mulyani menyatakan bakal ada tambahan 3,78 juta orang miskin di Indonesia. "Dalam skenario berat kita perkirakan bisa ada kenaikan 2,9 juta orang pengangguran baru. Dalam skenario lebih berat bisa sampai 5,2 juta," kata Sri Mulyani.
(Baca: Skenario Berat Pandemi, Ekonomi Indonesia Kuartal II Hanya Tumbuh 1,1%)