Menguat 0,11%, BI Sebut Rupiah Kian Stabil Disokong Beragam Intervensi

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di Kantor Cabang Plaza Mandiri, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Rupiah ditutup menguat 0,11% pada perdagangan Senin (6/4) di level Rp 16.412 per dolar AS.
Editor: Ekarina
6/4/2020, 18.24 WIB

Nilai tukar rupiah menguat 0,11% ke level Rp 16.412 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan sore ini. Meski masih berada di level Rp 16 ribu, Gubernur Bank Indonesia (BI) mengklaim kurs rupiah saat ini semakin stabil.

Penguatan rupiah saat ini juga dialami sejumlah mata uang Asia lain. Mengutip Bloomberg, dolar Singapura naik 0,35%, dolar Taiwan 0,27%, won Korea Selatan 0,16%, rupee India 0,13%, dan baht Thailand 0,4%.

Sedangkan, mata uang Asia lain masih melemah. Yen turun 0,54%, dolar Hong Kong 0,01%, peso 0,06%, yuan 0,08%, dan ringgit 0,39%.

(Baca: Rupiah Menguat Imbas Penurunan Tingkat Kematian Global akibat Corona)

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate, rupiah berada di level Rp 16.556 per dolar AS, turun 92 poin.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjyatakan, bahwa rupiah saat ini semakin stabil. "Sejak minggu keempat Maret, nilai tukar rupiah berangsur stabil. Dewasa ini diperkirakan diperdagangkan di sekitar Rp 16.400 - 16.500 per dolar AS," kata Perry dalam rapat kerja virtual bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat di Jakarta, Senin (6/4).

Stabilitas rupiah menurutnya terjadi seiring dengan upaya pemerintah yang terus mengintervensi nilai tukar baik di pasar spot, domestic non-delivery forward (DNDF) hingga pembelian Surat Berharga Negara dari pasar sekunder.

(Baca: Aliran Modal Asing Kembali Masuk RI, Rupiah Paling Perkasa di Asia)

Meski begitu, secara poin to point, Perry mengakui rupiah memang melemah sebesar 12,03%. "Atau 9,3% pada Maret dibandingkan bulan Februari," ujarnya.

Pelemahan tersebut, menurutnya dikarenakan oleh adanya aliran modal keluar sebesar Rp 171,16 triliun pada periode 20 Januari hingga 1 April 2020. Ini terdiri dari Rp 157,37 triliun dari Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 13,26 triliun dari saham.

Dengan demikian,  Perry menekankan pentingnya langkah-langkah mitigasi dampak virus corona yang disinyalir sebagai sumber permasalahan saat ini.

Reporter: Agatha Olivia Victoria