Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melantik sejumlah pejabat baru Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada Senin (9/3). Salah satunya Rahayu Puspasari yang sebelumnya menduduki posisi Direktur Utama Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN) ditunjuk menjadi Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kemenkeu.
Sri Mulyani juga melantik beberapa eselon di lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) yakni Lukman Effendi sebagai Direktur Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-Lain, Joko Prihato sebagai Direktur Lelang, dan Ari Haryono sebagai Kepala Kantor Wilayah DJKN Lampung dan Bengkulu.
Kemudian, Anugrah Komara sebagai Kepala Kantor Wilayah DJKN Bali dan Nusa Tenggara, serta Ekasari Sukadana sebagai Kepala Kantor Wilayah DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat.
Selain itu, ada 109 pejabat eselon III Kemenkeu yang dilantik oleh Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto yang terdiri dari 108 pejabat di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan dan satu orang di lingkungan Sekretariat Jenderal.
(Baca: Sri Mulyani Godok Aneka Keringanan Pajak untuk Usaha Terdampak Corona)
Adapun pelantikan ini tertuang pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor 93/KMK01/UP11/2020 tentang mutasi dan pengangkatan dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Kementerian Keuangan.
Dalam sambutannya, Sri Mulyani mengingatkan para pejabat agar menjalankan lima nilai utama di Kemenkeu yakni integritas, profesionalisme, sinergi, pelayanan, dan kesempurnaan. Dia meminta nilai-nilai tersebut tidak hanya dihafalkan, namun harus dijalankan oleh seluruh pejabat di lingkungan Kemenkeu.
"Saya berharap melalui proses talent pool atau Baperjakat, anda merupakan figur-figur yang tidak lagi menghafalkan dan menceramahi anak buah mengenai values tapi anda melaksanakan sebagai role model-nya," ucap Sri Mulyani di Gedung Kemenkeu, Jakarta, Senin (9/3).
Ia melanjutkan, menjadi pemimpin di Kemenkeu bukanlah tugas yang mudah. Apalagi kondisi global dipenuhi dengan ketidakpastian.
"Sehingga keuangan negara akan terus dihadapkan kepada persoalan-persoalan ekonomi, sosial, politik, global, regional, dan nasional," kata di
(Baca: Sri Mulyani: Dampak Corona Lebih Rumit Dibanding Krisis 2008)