Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah setelah sempat dibuka menguat pada perdagangan Kamis (27/2) pagi. Kekhawatiran pasar terkait dampak ekonomi dari penyebaran virus corona masih menjadi faktor penekan rupiah.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada posisi Rp 13.934 per dolar AS, menguat 0,04% dibandingkan posisi penutupan kemarin. Namun tak lama setelah itu, rupiah kembali terjatuh ke zona merah.
Saat berita ini ditulis, rupiah tercatat Rp 13.955 per dolar AS atau melemah 0,11% dari posisi penutupan kemarin. Ini merupakan level terlemah dalam dua bulan.
(Baca: Korban Virus Corona Terus Bertambah, 4 Negara Laporkan Kasus Pertama)
Di sisi lain, mayoritas mata uang Asia lainnya tercatat menguat terhadap dolar AS, meskipun penguatannya terbatas. Saat berita ini ditulis, penguatan terbesar dialami rupee India dan dolar Taiwan yaitu masing-masing 0,31% dan 0,30%. Won Korea Selatan juga tercatat menguat 0,15%, begitu juga yen Jepang 0,14%, dan yuan Tiongkok 0,08%.
Sedangkan mata uang Asia yang melemah bersama Indonesia yaitu dolar Hong Kong, meskipun pelemahannya lebih tipis yaitu 0,03%.
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuturkan, sentimen pasar saat ini masih belum berubah. "Kekhawatiran meluasnya infeksi virus corona ke negara di luar Tiongkok masih ada," kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Kamis (27/2).
Menurut dia, kekhawatiran ini juga ditunjukkan dengan pelemahan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS. Penurunan kupon terlihat pada obligasi Negeri Paman Sam dengan tenor 10 tahun yakni ke level terendah sepanjang masa di kisaran 1,29%.
"Ini artinya banyak pelaku pasar membeli obligasi tersebut," ucap dia.
(Baca: Virus Corona Masih Mewabah, Sri Mulyani: Defisit APBN Dapat Melebar)
Tjendra memperkirakan rupiah masih berpotensi tertekan. Ia memperkirakan kurs rupiah akan bergerak pada rentang Rp 13.900 - 14.000 per dolar AS pada hari ini.
Mengacu pada data John Hopkis CSSE, lebih dari 80 ribu orang terkonfirmasi terinfeksi virus corona di seluruh dunia. Sedangkan 2.700 orang dilaporkan meninggal akibat virus tersebut. Kasus kematian terbanyak di luar Tiongkok terjadi di Iran. Sebelumnya diberitakan, Wakil Menteri Kesehatan Iran Iraj Harirchi positif terinfeksi corona.
Mengutip CNN, jumlah korban tewas dan kasus infeksi baru virus corona di Tiongkok menurun, tetapi meningkat di negara-negara lain. Komisi Kesehatan Tiongkok melaporkan terdapat 406 kasus baru pada Rabu (26/2) dengan hanya lima kasus baru di luar Provinsi Hubei.