Nilai tukar rupiah pada perdagangan pasar spot sore ini, Kamis (23/1) menguat 0,05% ke level Rp 13.639 per dolar AS. Rupiah menguat usai Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuannya.
Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar Rate atau JISDOR juga menempatkan rupiah menguat 52 poin dari posisi kemarin ke Rp 13.626 per dolar AS.
Sementara itu, mayoritas mata uang Asia bergerak melemah terhadap dolar AS. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong turun 0,01%, dolar Singapura 0,05%, dolar Taiwan 0,21%, won Korea Selatan 0,37%, peso Filipina 0,13%, rupee India 0,1%, yuan Tiongkok 0,43%, ringgit Malaysia 0,1%, dan baht Thailand 0,38%. Hanya yen yang turut menguat 0,29%.
BI pada hari ini memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 5%. Suku bunga fasilitas simpanan atau deposit facility dan suku bunga pinjaman atau lending facility masing-masing tetap sebesar 4,25% dan 5,75%.
"Kebijakan ini konsisten dengan perkiraan inflasi yang terkendali stabilitas eksternal yang terjaga, nilai tukar yang stabil, serta upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Kamis (23/1).
(Baca: Ekonomi Stabil, BI Pertahankan Bunga Acuan di Level 5%)
Perry menjelaskan, nilai tukar rupiah terus menguat didukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia atau NPI yang membaik. BI mencatat, sejak awal tahun hingga 22 Januari 2020, rupiah menguat 1,74% jika dibandingkan dengan level akhir Desember 2019. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada 2019 yang tercatat 3,58%.
Penguatan rupiah juga didorong pasokan valas dari para eksportir, serta aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut. Struktur pasar valas juga semakin kuat yang ditandai dengan meningkatnya volume transaksi dan kuotasi yang lebih efisien, serta makin berkembangnya pasar DNDF.
(Baca: Jutaan Barang Impor Masuk, Ritel Kehilangan Potensi Rp 51,5 T di 2019)
BI pun memandang bahwa penguatan nilai tukar rupiah sejalan dengan kondisi fundamental, semakin baiknya mekanisme pasar, dan keyakinan para pelaku pasar terhadap kebijakan yang ditempuh BI dan pemerintah.
"Secara keseluruhan penguatan nilai tukar rupiah memberikan dampak positif terhadap momentum pertumbuhan ekonomi dan stabilitas makroekonomi," jelas Perry.
Ke depan, lanjut Perry, BI memperkirakan nilai tukar rupiah tetap stabil sesuai dengan fundamentalnya dan mekanisme pasar yang terjaga.