Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tengah mengkaji dampak dan potensi konflik Iran dan Amerika Serikat (AS) terhadap investasi di Indonesia. Ekonom menilai, dampak positif atas konflik kedua negara itu terhadap investasi sangat kecil.
"Kami sedang mengkaji (potensi investasi) semuanya," kata Bahlil di Kantor Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Kamis (9/1).
Bahlil menyampaikan, konflik Iran dan AS akan memperparah perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Di satu sisi, perekonomian dunia dibayangi beberapa ketidakpastian.
(Baca: Manfaatkan Konflik AS-Iran, Analis Rekomendasikan Saham Emiten Emas)
Ketidakpastian itu seperti isu keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit, serta perang dagang Tiongkok dan AS. Perang sipil di Suriah dan terorisme Irak juga dinilai bisa menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Kami belum tahu seberapa besar implikasinya (ke investasi Indonesia) akibat konflik Iran dan AS,” kata Bahlil.
Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, peluang investasi dari Iran relatif kecil. Bahkan, investasinya kurang dari 1% total investasi yang masuk ke Indonesia.
Sedangkan porsi investasi AS di Indonesia sekitar 5%. Karena itu, menurut Yusuf, kedua negara itu bukan investor utama Indonesia.
"Adanya konflik Iran dan AS ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap perkembangan investasi di Indonesia. Relatif kecil," ujar Yusuf kepada Katadata.co.id.
(Baca: Ancaman Sanksi Ekonomi AS untuk Iran dan Sejarahnya Sejak 1979)
Menurut dia, konflik AS dan Iran lebih banyak berpengaruh terhadap harga minyak. Jika kondisi itu berlanjut, akan berdampak pada defisit neraca minyak dan gas (migas) Indonesia. "Karena Indonesia merupakan negara net importir," ujar dia.
Sebagaimana diketahui, konflik kedua negara itu muncul setelah AS menyerang Irak pada akhir pekan lalu (3/1). Saat itu, Komandan Militer Iran Qassem Soleimani meninggal akibat serangan.
Iran pun meluncurkan rudal ke pangkalan militer udara Irak yang menampung pasukan AS pada Selasa (7/1) waktu setempat. Hal ini dilakukan beberapa jam setelah pemakaman Jenderal Qassem Soleiman.
(Baca: BKPM Kejar Investasi Rp 189 Triliun Hingga Akhir Tahun)