Rupiah Melemah Terimbas Serangan AS ke Irak

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Kurs referensi JISDOR juga menempatkan rupiah melemah empat poin ke level Rp 13.899 per dolar AS.
3/1/2020, 17.21 WIB

Nilai tukar rupiah pada perdagangan sore ini,  Jumat (3/1) melemah 0,27% ke level Rp 13.930 per dolar AS. Rupiah melemah terdampak geopolitik Timur Tengah.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR juga menempatkan rupiah melemah empat poin ke level Rp 13.899 per dolar AS dibanding posisi kemarin. 

Adapun mayoritas mata uang Asia turut bergerak melemah. Mengutip Bloomberg, dolar Singapura turun 0,22%, won Korea Selatan 0,76%, peso Filipina 0,71%, rupee India 0,48%, yuan Tiongkok 0,1%, dan ringgit Malaysia 0,33%.

Sementara itu, yen Jepang menguat 0,56%, dolar Hong Kong naik 0,11%, dolar Taiwan melaju 0,1%, dan baht Thailand perkasa 0,7% terhadap dolar AS.

(Baca: BI Catat Modal Asing Masuk Tembus Rp 224 T pada 2019, Mayoritas ke SBN)

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menjelaskan, rupiah dipengaruhi oleh keadaan geopolitik Timur Tengah yang sedang memanas. "Serangan pasukan Amerika Serikat atau AS di Irak mengakibatkan Mayor Jenderal Iran Qassem Soleimani dan Komandan Milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis terbunuh," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Jumat (3/1).

Serangan ini pun mendorong kekhawatiran baru bagi pasar. Pasalnya, harga minyak meningkat ke level tertinggi sebesar US$ 63.83 per barel, sementara Indonesia merupakan negara net importir minyak.

"Ketika semakin banyak devisa yang dibakar untuk impor minyak, rupiah akan menjadi korban," ujarnya.

(Baca: Sri Mulyani: Seharusnya Kerugian Negara Akibat Banjir Bisa Dihindari)

Sementara dari sisi internal, pelemahan rupiah dipengaruhi dampak dari banjir Jabodetabek. Hal ini lantaran banyak jalan utama penghubung ke sentra bisnis yang lumpuh sehingga pasokan barang-barang dari satu wilayah ke wilayah lain terputus. 

Asosiasi Ritel Indonesia juga memprediksi, banjir bandang tahun baru ini mengakibatkan kerugian yang diperkirakan mencapai Rp 1 triliun. "Ini angka yang cukup fantastis, sehingga wajar kalau pasar kembali melakukan taking profit," terang dia. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria