Pemerintah menargetkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6% selama lima tahun ke depan. Target ini akan dicapai dengan mendorong industri manufaktur.
"Kami harap manufaktur bisa menjadi mesin pertumbuhan ekonomi," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa di Westin Hotel, Jakarta, Kamis (19/12).
Pada 2015-2018, rata-rata pertumbuhan industri manufaktur dari sisi produksi mencapai 4,3%. Pemerintah menargetkan sektor industri ini dapat naik menjadi 6,5%.
Jika target tersebut tercapai, kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB dapat berada di atas 20%. Saat ini, kontribusinya baru mencapai 19% dari PDB.
(Baca: BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kuartal IV Tahun Ini Lebih Baik)
Kontribusi manufaktur Indonesia sempat melejit 29% dari PDB saat Orde Baru. Namun, saat ini sektor manufaktur mengalami deindustrialisasi.
Suharso memperkirakan, peningkatan sektor manufaktur dapat tercapai seiring dengan upaya hilirisasi. Salah satunya pada sektor pertambangan yang antara lain digenjot pemerintah dengan melarang ekspor bijih nikel.
Hilirisasi juga dilakukan pada sektor kelapa sawit dan otomotif. Pada sektor otomotif, salah satu upaya yang dilakukan adalah membangun pabrik lithium baterai di Morowali.
Guna mendorong manufaktur, pemerintah juga akan mendorong subsektor jasa, mesin, chemicals, mineral, pertanian, dan tekstil. "Ini kami masukkan dalam peningkatan manufaktur supaya jadi pengungkit dalam lima tahun akan datang," ujar dia.
(Baca: Ditopang Konsumsi, Bank Mandiri Prediksi Ekonomi 2019 Tumbuh 5,14%)
Selain mendorong manufaktur, pemerintah juga akan mendorong pertumbuhan sektor konstruksi menjadi 6,4%. Pada 2015-2018, pertumbuhan konstruksi mencapai 6,1%.
Sebelumnya, Presiden Jokowi juga meminta para menteri untuk mempercepat hilirisasi terhadap komoditas-komoditas ekspor. Tujuannya, meningkatkan nilai tambah komoditas ekspor dan daya saing Indonesia di pasar dunia.
Jokowi mengatakan, selama ini Indonesia mengekspor bahan mentah, seperti nikel, bauksit, alumina, dan batu bara tanpa diolah dulu di dalam negeri. “Satu per satu harus mulai kita tata agar ekspornya dalam bentuk setengah jadi atau kami paksa langsung barang jadi,” kata Jokowi.