Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2019 akan lebih tinggi dibandingkan kuartal III 2019 yang sebesar 5,02%. Alasannya, antara lain berkat konsumsi rumah tangga yang menguat dan ekspansi fiskal meningkat.
"Ada empat faktor yang menyebabkan pertumbuhan kuartal IV akan lebih tinggi daripada kuartal III 2019," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (19/12).
Faktor pertama, kata dia, adanya konsumsi rumah tangga yang masih bagus. Perkembangan terkini menunjukkan keyakinan konsumen meningkat bersamaan dengan pola musiman jelang akhir tahun sehingga dapat menopang konsumsi rumah tangga tetap baik.
Faktor kedua adalah ekspansi fiskal yang masih akan meningkat. "Ini sesuai pola musiman pada kuartal IV," ucap dia. Ketiga, investasi pada kuartal IV diperkirakan terus berlanjut. Investasi yang masuk terutama pada investasi bangunan, serta non-bangunan yang makin membaik.
(Baca: Ditopang Konsumsi, Bank Mandiri Prediksi Ekonomi 2019 Tumbuh 5,14%)
Perry mengatakan, investasi mulai meningkat di beberapa daerah, terutama di Sulawesi terkait hilirisasi nikel. Arus investasi ini diperkirakan terus bertambah seiring sejumlah kebijakan transformasi ekonomi yang ditempuh pemerintah dan mulai meningkatnya keyakinan dunia usaha.
Faktor keempat adalah perbaikan ekspor, antara lain ekspor pulp (bubur kertas), limbah kertas (waste paper), dan serat tekstil ke Tiongkok. Selain itu, peningkatan juga terlihat pada ekspor besi baja ke Tiongkok dan ASEAN, serta berlanjutnya ekspor kendaraan bermotor ke ASEAN dan Arab Saudi.
Dengan begitu, Perry yakin pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini dapat mencapai sekitar 5,1%. Pada 2020, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat di kisaran 5,1%-5,5%. "Apalagi ekonomi global tahun depan akan membaik dibanding tahun ini," ujarnya.
(Baca: Konsumsi Melambat, Bank Dunia Ramal Ekonomi Tahun Ini Tumbuh 5%)