Harga Pangan Turun, Ekonom Ramal September 2019 Deflasi

Arief Kamaludin | KATADATA
Ilustrasi. Sejumlah harga pangan yang menurun pada bulan lalu diperkirakan akan membawa Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September deflasi pada kisaran 15%-19%.
1/10/2019, 10.18 WIB

Sejumlah ekonom meramal Indeks Harga Konsumen (IHK) pada sepanjang bulan lalu mengalami penurunan harga atau deflasi. Salah satu faktor utamanya, yakni turunnya sejumlah harga komoditas pangan. 

Direktur Riset Center Of Reform on Economics (CORE) Pieter Abdullah Redjalam memperkirakan IHK pada September akan mencatatkan deflasi sebesar 0,19% secara bulanan. Sehingga sepanjang tahun, inflasi diperkirakan sebesar 2,6%.

"Deflasi September disebabkan penurunan harga pangan," kata Pieter saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (1/10).

Ia melanjutkan, semua komoditas pangan strategis seperti beras, cabai, bawang, telur, ayam turun harga. Secara rinci, harga cabai keriting turun 21,6%, cabai rawit merah turun 22,2%, cabai merah besar turun 24%, bawang merah turun 15%, ayam turun 4,26%, serta harga telur turun 1.87 %.

"Penurunan harga tersebut disebabkan adanya pola musiman," ucap dia.

(Baca: Harga Beras Naik, Bulog Gelontorkan 2 Ribu Ton Beras Operasi Pasar)

Ekonom Permata Bank Josua Pardede juga memperkirakan terjadi deflasi terjadi sebesar 0,15% secara bulanan. Sementara  inflasi tahunan diperkirakan mencapai 3,52%.

"Deflasi bulan September tersebut terutama bersumber dari deflasi kelompok volatile food,"  kata dia. 

Ia memperkirakan inflasi inti melambat dan inflasi kelompok administered prices tetap stabil.  Menurut Josua,  kelompok volatile food mencatat deflasi seiring berlanjutnya koreksi harga sebagian besar komoditas pangan. 

Harga komoditas pangan yang cenderung turun antara lain cabai merah turun 26,4% secara bulanan, beras turun 0,1%, daging ayam turun 4,0%, bawang merah turun 18,2%, telur ayam turun  3,7%, cabai rawit turun 14,0%, bawang putih turun 5,9%, daging sapi turun 0,3%, dan gula pasir turun 0,6%.

Sementara itu, inflasi inti melambat dari 0,43% pada bulan Agustus 2019 menjadi 0,28% secara bulanan atau 3,30% secara tahunan pada September 2018. "Terkendalinya inflasi inti hingga September 2019 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia (BI) dalam  mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk  dalam  menjaga pergerakan nilai tukar," kata Josua.

(Baca: Dibuka Menguat, Rupiah Hari Ini Terancam Melemah karena Demonstrasi)

Tren nilai tukar rupiah serta harga emas internasional yang juga cenderung stabil mendorong melandainya laju inflasi inti secara bulanan. Mengutip akun twitter resmi Kementerian Perekonomian, per 30 September kemarin, rupiah berada di posisi menguat 1,37% secara tahun kalender dibandingkan kondisi Malaysia dan Vietnam.

Smentara itu, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan terjadi deflasi sebesar 0,17% secara bulanan atay 3,5% secara tahunan.

"Inflasi intinya 2,9%. Faktor pada harga pangan seperti harga ayam." kata dia. 

Andry mengingatkan ke depan masih terdapat risiko musim kemarau panjang yang dapat mengganggu harga pangan. Namun, ia memperkirakan inflasi sepanjang tahun ini akan tetap terkendali sesuai proyeksi BI di bawah 3,5%.

"Tiga bulan kedua  itu inflasi dipengaruhi musim kemarau dan faktor seasonal seperti natal dan tahun baru, tetapi based inflasi tahun lalu sudah tinggi jadi tahun ini tak akan setinggi tahun lalu," jelas dia. 

Reporter: Agatha Olivia Victoria