Ketua Koalisi Indonesia Bebas TAR dan Pengamat Hukum Ariyo Bimmo meminta pengenaan cukai rokok elektronik (vape) lebih rendah dari rokok konvensional. Dia mengusulkan tarif cukai vape sebesar 20%.
Ada pun tarif cukai vape saat ini 57% dari harga jual eceran. “Mungkin seharusnya 20-30%, tidak lebih dari itu. Karena seharusnya ini menjadi insentif,” kata Ariyo dalam acara Vape Fair di Jakarta Convention Center, Jakarta, Minggu (8/9).
Dalam aturan yang mulai berlaku pada 1 Juli 2018, liquid vape merupakan hasil pengolahan tembakau lainnya (HPTL). Pengenaan tarif tersebut merupakan upaya intensifikasi cukai hasil tembakau dan merupakan instrumen pemerintah untuk mengendalikan konsumsi serta melakukan pengawasan terhadap peredaran vape.
Meski begitu, Ariyo menilai vape merupakan alat alternatif bagi perokok lantaran lebih aman bagi kesehatan. Produk alternatif semestinya dibebankan cukai lebih rendah agar dapat disukai oleh konsumen.“Jadi orang mau beralih ke vape,” ujarnya.
(Baca: Eksportir Rokok Elektrik Bisa Tunda Bayar Cukai)
Ia pun mengatakan, tarif cukai vape di Indonesia paling tinggi di antara negara Asean lainnya. Sebagai contoh, Filipina mengenakan cukai vape sebesar 30%.
Sementara Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) Aryo Andriyanto meminta vape tidak dikenakan cukai berdasarkan persentasenya. “Misalnya nominal berapa ribu untuk setiap satu mililiter likuidnya,” ujar Aryo.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bea Cukai Heru Pambudi sempat mengatakan beberapa negara menarik pajak dari setiap penjualan vape, seperti Inggris Raya dan Wales dikenakan 20%.
Negara lainnya, Italia mengenakan pajak likuid sebesar 0,393 Poundsterling per mililiter atau setara Rp 377.280 per 60 mililiter; Latvia 0,01 Poundsterling per mililiter atau 0,005 Poundsterling per kilogram nikotin dan PPN 21%.
Sedangkan Irlandia menerapkan aturan yang serupa dengan Inggris. Kemudian di Korsel tarif sebesar 1,799 Won Korea per mililiter cairan nikotin, 24 Won per 20 catridge, dan PPN 10%, serta Togo dan Wales mengenakan tarif maksimum 45%.
(Baca: Pengusaha Rokok Elektrik Incar Pasar Ekspor ke Eropa dan Tiongkok)