Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan realisasi investasi pada semester I 2019 mencapai Rp 395,6 triliun, tumbuh 9,4% dibandingkan periode sama tahun lalu Rp 361,6 triliun. Dengan capaian tersebut, BPKM optimistis target investasi sepanjang tahun ini bakal tercapai.
Capaian investasi pada enam bulan pertama 2019 tersebut setara 49,9% dari target investasi sepanjang 2019 yang sebesar Rp 792 triliun. Kepala BKPM Thomas Lembong mengatakan, realisasi investasi juga tercatat meningkat secara triwulanan, meskipun peningkatannya kecil sekitar 2,8%.
"(Pencapaian ini) tentunya tidak lepas dari kondisi politik dalam negeri yang semakin stabil setelah penetapan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019 2024," ujarnya dalam Konferensi Pers di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (30/7).
(Baca: BKPM Optimistis Pertumbuhan Investasi Tahun Ini Capai Dua Digit)
Dia mengatakan, dalam 15 tahun terakhir, setiap masuk tahun pemilu, tren investasi cenderung melambat. Namun, investasi biasanya akan kembali mengalir setelah pemilu rampung.
Realisasi investasi semester I 2019 terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp 182,8 triliun, naik 16,4% dibandingkan periode sama tahun lalu. Kemudian, Penanaman Modal Asing (PMA) Rp 212,8 triliun, naik 4% dari periode sama tahun lalu. Total penyerapan tenaga kerja lokal mencapai 490.715 orang.
Berdasarkan sektor, Thomas menyebut realisasi investasi masih didominasi sektor infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, pembangkit listrik, dan konstruksi. "Terlihat juga bahwa investasi infrastruktur yang membutuhkan anggaran besar dan sifatnya multiyears, tetap ada realisasinya dengan kondisi ekonomi global dan regional yang penuh tantangan dan ketidakpastian," katanya.
(Baca: Realisasi Investasi Hulu Migas Semester I 2019 Masih 35% dari Target)
Sedangkan menurut sebaran wilayah, realisasi investasi terbesar masih di Pulau Jawa yaitu Rp 218,1 trilliun, tumbuh 5,8% dari periode sama tahun lalu. Di sisi lain, investasi di luar Pulau Jawa Rp 177,5 trilliun, meskipun pertumbuhannya lebih pesat, yaitu mencapai 14,2% dibandingkan periode sama tahun lalu.
Thomas mengatakan, pertumbuhan investasi di luar Pulau Jawa yang relatif lebih besar dari Pulau Jawa merupakan kabar baik. "Semoga kondisi ini terus dikembangkan, untuk mewujudkan keseimbangan pertumbuhan wilayah di Indonesia,” ujarnya.
Berdasarkan lokasi proyek, terdapat lima besar wilayah yang paling besar menerima investasi. Wilayah tersebut adalah Jawa Barat senilai Rp 68,7 triliun atau 17,4% dari total realisasi investasi semester I 2019. Kemudian, DKI Jakarta senilai Rp 54,5 triliun (13,8%). Jawa Tengah senilai Rp 36,2 triliun (9,1%). Jawa Timur senilai Rp 32,0 triliun (8,1%). Banten senilai Rp 24,6 triliun (6,2%).
Adapun lima negara asal investasi terbesar, yaitu Singapura senilai US$ 3,4 miliar atau 23,9% dari total realisasi semester I 2019. Kemudian, Jepang US$ 2,4 miliar (16,9%), Tiongkok senilai US$ 2,3 miliar (6,2%), Hong Kong senilai US$ 1,3 miliar (9,2%) dan Malaysia US$ 1 miliar (7,0%).
Sedangkan berdasarkan sektor usaha, ada lima sektor usaha dengan nilai realisasi terbesar, yaitu: Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi senilai Rp 71,8 triliun atau 18% dari realisasi investasi semester I 2019.
(Baca: Pemilu Usai, Sejumlah Investor Bersiap Masuk RI)
Listrik, Gas dan Air senilai Rp 56,8 triliun (14,4%), Konstruksi Rp 32,0 triliun (8,2%). Industri Makanan senilai Rp 31,9 triliun (8,1%), Perumahan, Kawasan Industri, dan Perkantoran Rp 31 ,0 triliun (7,8%).
Untuk menggencarkan masuknya investasi ke Indonesia, Pelaksana Tugas Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani mengatakan, BKPM akan meningkatkan pemantauan atas realisasi Perizinan Berusaha melalui sistem Online Single Submission (OSS). "Termasuk memfasilitasi permasalahan yang dihadapi para pelaku usaha dalam merealisasikan investasinya," ujarnya.