Pergerakan rupiah sejak pembukaan pasar hingga kini, Jumat (26/7) pukul 14.27 WIB, bergerak stagnan di level Rp 14.002 per dolar AS. Nilai ini mengalami pelemahan 0,18% dibanding penutupan kemarin.
Menanggapi kembalinya rupiah ke level Rp 14 ribu itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai nilainya masih stabil. "Ini hanya faktor teknikal, merespon apa yang terjadi di global. Bukan fundamental," katanya di kompleks BI, Jakarta, Jumat (26/7).
Pelaku pasar, menurut dia, merespon keputusan bank sentral Eropa, European Central Bank (ECB) yang sebelumnya diprediksi akan menurunkan suku bunga. Namun, perkiraan ini meleset. ECB tetap mempertahankannya.
Perry menjelaskan, keputusan ECB ini bertujuan untuk meningkatkan imbal hasil. Maka dari itu, euro pun menguat. Selain itu, faktor global lainnya seperti risiko Brexit yang kian meningkat, menimbulkan pelemahan pound Inggris dan menyebabkan dolar AS menguat setelah euro turut menguat. "Penguatan mata uang utama dunia itu yang menjadi memengaruhi teknikal rupiah kita," ujarnya.
(Baca: Bank Sentral Eropa Tahan Suku Bunga, Rupiah Lemah Lagi Jadi 14.000/US$)
Peningkatan risiko Brexit dikarenakan Perdana Menteri Inggris yang baru, Boris Johnson, memang lebih pro dengan keputusan no-deal Brexit. Menurut Perry, jika keputusan tersebut benar-benar terjadi, perekonomian Inggris akan melemah. Imbasnya pun ke Indonesia, terutama pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Namun, hingga saat ini rupiah masih bisa menahan faktor global tersebut salah satunya dikarenakan aliran modal asing yang masih positif. "Aliran modal asing masuk sampai tanggal 25 juli totalnya Rp 192,5 triliun sejak awal tahun (year to date/ytd). Masuknya aliran modal asing yang positif memyebabkan niali tukar rupiah kita masih stabil," ucap dia.
Selain itu, premi risiko Indonesia yang rendah menjadikan imbal hasil Indonesia masih cukup menarik. Lalu, eksportir juga masih terus mensuplai dari pasar valas. Perbankan juga tetap menjalankan mekanisme pasar yang baik.
Selanjutnya, importir juga masih meyakini nilai tukar rupiah tetap baik. "Kredibilitas kebijakan Indonesia juga cukup kuat sehingga imbal hasil menarik. Jadi rupiah masih bisa stabil," tutupnya.
(Baca: BI: Hingga Minggu Keempat Juli 2019 Modal Asing Masuk Capai Rp 192,5 T)