BI Berharap Suku Bunga Acuan Turun Akan Memacu Ekspor

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, penurunan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% akan berdampak bagi peningkatan kegiatan ekspor Indonesia.
19/7/2019, 20.43 WIB

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, penurunan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% akan berdampak bagi peningkatan kegiatan ekspor Indonesia. "Biaya pinjaman perbankan akan lebih murah," katanya di Hotel Adimulia, Medan, Jumat (19/7).

Ia menilai permintaan kredit harus dijaga karena untuk mempertahankan ekspasi perbankan. Selain itu, tantangan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi akan semakin berat jika ekspor Indonesia tak mampu tumbuh secara signifikan.

Pertumbuhan ekspor dinilai penting untuk menjaga stabilitas eksternal dan ekonomi domestik. "Hal ini seiring ketegangan hubungan dagang yang berlanjut terus dan menekan volume perdagangan dunia serta memperlambat pertumbuhan ekonomi global," ucap dia.

Pemangkasan suku bunga akan memperbaiki harga saham Indonesia. Adapun dengan memangkas suku bunga, nilai perusahaan meningkat begitu pula dengan harga sahamnya. Minat investor terhadap Indonesia turut terdongkrak.

(Baca: Dampak Penurunan Bunga Acuan ke Kredit Mobil Butuh Waktu 3 Bulan)

Kemarin, BI memutuskan menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%. Penurunan ini merupakan yang pertama sejak delapan bulan terakhir. Bank sentral sejak November lalu mempertahankan suku bunga acuan di 6%. 

Adapun keputusan ini ditempuh sejalan dengan tetap rendahnya nilai inflasi. "Selain itu, penurunan ini juga untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Tak hanya suku bunga acuan, bank sentral juga menurunkan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin menjadi 5% dan suku bunga lending turun 25 basis poin menjadi 6,5%. BI memandang masih terbuka ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif. Salah satunya bisa penurunan suku bunga kembali pada tahun ini.

Penurunan suku bunga ini, Perry mengatakan, sebenarnya sudah dibicarakan sejak awal tahun. Namun, saat ini waktunya lebih tepat karena beberapa bulan lalu pasar keuangan global sedang dirundung ketidakpastian. Meskipun saat ini perang dagang AS dan Tiongkok tak kunjung usai, namun sudah ada kesepakatan kedua belah pihak untuk menuju ke meja perundingan di pertemuan G20 Osaka, Jepang, beberapa waktu lalu.

(Baca: BI Taksir Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Tertahan di Kisaran 5,07%)

Reporter: Agatha Olivia Victoria