Ibu Kota Pindah keluar Jawa, Ini Efek Berantai bagi Kemajuan Ekonomi

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Bambang Brodjonegoro, Menneg PPN -Ka Bappenas memberikan paparan dalam diskusi mengenai membangun ibukota baru di Kantor Staf Presiden, Gedung Bina Graha, Jakarta Pusat (13/5).
26/6/2019, 16.39 WIB

Pemerintah terus mematangkan rencana pemindahan ibu kota. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas Bambang Brodjonegoro menyebutkan lokasi baru ibu kota di luar Jawa dapat memicu efek berantai terhadap kemajuan ekonomi seperti meningkatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) nasional. 

Menurut Bambang, pemindahan ibu kota berdampak positif 0,1 % terhadap PDB riil nasional. "Efek positif tersebut disebabkan adanya penggunaan sumber daya potensial yang selama ini belum  termanfaatkan," kata Bambang saat membuka Dialog Nasional Pemindahan Ibu Kota Negara II di Kantornya, Jakarta, Rabu (26/6).

Pemindahan ke wilayah di luar Pulau Jawa diyakini tidak menyebabkan kontraksi ekonomi di wilayah lain jika lokasi alternatifmya memiliki sumber daya yang memadai dan keterkaitan aktivitas ekonomi yang positif dengan daerah di sekitarnya. Selain itu, pemindahan ibu kota akan menurunkan kesenjangan antarkelompok pendapatan.

"Perekonomian lebih terdiversifikasi ke arah sektor yang lebih padat karya," ujar Bambang. Ia menambahkan, pemindahan ibu kota turut menyumbang kenaikan price of capital sebesar 0,23% serta kenaikan price of labor sebesar 1,37%.

(Baca: Bappenas: Butuh Dana Rp 466 Triliun untuk Pindahkan Ibu Kota)

Tak hanya itu, pemindahan ibu kota ke luar Jawa bakal mendorong perdagangan antarwilayah di Indonesia. Menurut perhitungan Bappenas, lebih dari 50% wilayah Indonesia akan merasakan peningkatan arus perdagangan.

Kemudian dari segi investasi, pemindahan ibu kota negara ke provinsi baru akan menciptakan dorongan investasi yang lebih luas pada wilayah lain. Selain itu, pemindahan ibu kota akan meningkatkan output beberapa sektor non-tradisional, terutama sektor jasa.

Lebih lanjut, Bappenas memprediksikan perpindahan ini akan memberikan efek pengganda produksi (output multiplier effect) sebesar 2,3 kali, serta memberikan efek pengganda kerja (employmen multiplier effect) sebesar 2,9 kali. Prediksi ini didasarkan pada pengalaman Brazil yang pada 1960 lalu memindahkan ibu kotanya dari Rio de Janeiro ke Brasilia.

Langkah pemindahan ibu kota Brazil tersebut tercatat memberikan output multiplier effect sebesar 2,93 kali dan 1,7 pekerjaan swasta tercipta dari setiap penambahan pekerjaan di sektor publik.

(Baca: Anies: Pembangunan Jakarta Tetap Berlangsung Meski Ibu Kota Pindah)

Dalam studi yang dilakukan pada 2015 lalu terkait dampak ekonomi pemindahan ibu kota Brazil menunjukkan bahwa tidak ada kerugian ekonomi yang dialami Rio de Janeiro. Sedangkan, Brasilia mengalami dampak positif berupa pertumbuhan penduduk Brasilia yang mencapai 14,4 % per tahun pada 10 tahun pertama pascapemindahan ibu kota.

Kendati berpotensi mengakselerasi pertumbuhan ekonomi, Bambang menilai, dampak ekonomi dari pemindahan ibu kota akan lebih maksimal jika diiringi dengan peningkatan produktivitas, inovasi dan teknologi di provinsi terpilih dan provinsi sekitarnya. "Tapi perpindahan ini memicu inflasi 0,2%. Ini wajar dan masih pada batas yang bisa ditoleransi," ucapnya.

Reporter: Agatha Olivia Victoria