Nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam tiga hari perdagangan hingga kembali menembus level Rp 14.100 per dolar AS. Pelemahan seiring kembali menguatnya dolar AS di tengah masih adanya kekhawatiran seputar negosiasi dagang AS-Tiongkok serta kenaikan imbal hasil (yield) US Treasury.

Mengacu pada data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup pada level 14.120 per dolar AS pada perdagangan Jumat (1/3). Ini artinya rupiah melemah 0,36% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya atau total 0,91% dalam tiga hari perdagangan.

Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia lainnya. Pada Jumat ini, yen Jepang melemah paling besar yaitu 0,45%, diikuti baht Thailand 0,45%, rupiah 0,36%, rupee India 0,23%, ringgit Malysia 0,21%, dan yuan Tiongkok 0,17%. Peso Filipina, won Korea Selatan, dolar Singapura dan dolar Taiwan juga melemah meski kurang dari 0,1%.

(Baca: Bankir dan Ekonom Peringatkan Rupiah Melemah Jelang Musim Bagi Dividen)

Adapun mayoritas mata uang Asia sempat mendapat sokongan tenaga pada awal pekan ini setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan akan menunda kenaikan tarif impor. Keputusan ini menyusul perkembangan signifikan dari pembicaraan dagang dengan Tiongkok.

Namun, berbagai pihak menilai hal tersebut belum bisa menjadi jaminan perang dagang tak berlanjut. Alhasil, masih ada kekhawatiran di pasar. Di sisi lain, seiring rilis pertumbuhan ekonomi AS kuartal IV 2018 yang di atas ekspektasi, imbal hasil US Treasury tercatat mengalami kenaikan.

(Baca: Rupiah Kembali 14 Ribu/US$, Ekonom Ramal Belum Akan Menguat Signifikan)

Di tengah kondisi tersebut, dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang mitra dagang utamanya. Penguatan tercermin dari indeks DXY yang kembali bergerak naik. Saat berita ini ditulis, indeks DXY berada di posisi 96,27, lebih kuat dibandingkan posisi tiga hari sebelumnya yang di level 96.

Meski begitu, Gubernur BI Perry Warjiyo optimistis nilai tukar rupiah akan bergerak stabil bahkan cenderung menguat tahun ini. "Rupiah bisa di bawah Rp 14 ribu per dolar AS," kata dia.

Penyokongnya antara lain berlanjutnya aliran masuk dana asing imbas ketidakpastian global yang mereda, kepercayaan investor terhadap kebijakan pemerintah dan BI, serta imbal hasil surat utang negara Indonesia yang menarik.

(Baca: Melonjak 10 Kali, Dana Asing Masuk RI Januari-Februari Rp 63 Triliun)

Adapun bila dilihat sepanjang tahun ini atau secara year to date, rupiah masih tergolong sebagai mata uang Asia dengan penguatan terbesar terhadap dolar AS. Rupiah menguat 1,88%. Penguatan ini sama besar dengan baht Thailand, namun lebih kecil dari yuan Tiongkok yang berhasil menguat 2,49%.

Reporter: Rizky Alika